Hari Akhir
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2013/09/hari-akhir.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Disebut hari akhir karena pada hari
itu tidak ada hari lagi setelahnya, saat itu merupakan tahapan yang terakhir
dalam perjalana hidup manusia. Manusia dalam hidupnya mengarungi lima tahapan
kehidupan secara global, (1) Ketika manusia belum ada; (2) Ketika dalam perut
ibu; (3) Ketika berada di dunia; (4) Ketika di alam barzakh; (5) Ketika berada
di akhirat.
Keimanan yang benar terhadap
hari akhir –setidaknya- mencakup tiga hal pokok yaitu mengimani adanya hari
kebangkitan (ba’ts), mengimani adanya hisaab (perhitungan) dan
jazaa’ (balasan), serta mengimani tentang surga dan neraka.
Termasuk juga keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala peristiwa yang
akan terjadi setelah kematian seperti fitnah qubur, ‘adzab qubur, dan
nikmat qubur.
MENGIMANI
ADANYA HARI KEBANGKITAN
Hari kebangkitan adalah hari
dihidupkannya kembali orang yang sudah mati ketika ditiupkannya sangkakala yang
kedua. Kemudian manusia akan berdiri menghadap Rabb
semesta alam dalam keadaan telanjang tanpa alas kaki, telanjang tanpa pakaian,
dan dalam keadaan tidak disunat. Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana
Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya.” [QS. Al Anbiyaa’:104]
Hari kebangkitan merupakan kebenaran
yang sudah pasti. Ditetapkan oleh Al Quran, As Sunnah dan Ijma’
(konsensus) kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian,
sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.”
[QS. Al Mukminun:15-16]
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salaam bersabda : “Pada hari
kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tanpa alas kaki,
telanjang, dan tidak disunat”[HR. Muslim 2859]
MENGIMANI
ADANYA HARI PERHITUNGAN DAN PEMBALASAN
Allah Ta’ala
berfirman, “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali
mereka. kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.”
[QS. Al Ghasiyah:25-26] Allah juga berfirman,“Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat
perhitungan.” [QS. Al Anbiyaa’:47]
MENGIMANI
ADANYA SURGA DAN NERAKA
Keduanya merupakan tempat kembali yang
abadi bagi makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh
Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman.
Sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan ‘adzab yang dipersiapkan oleh
Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak
berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni’matan. dan
sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”
[QS. Al Infithaar:13-14]
MENGIMANI
FITNAH, ADZAB, DAN NIKMAT KUBUR
Dalil perkara ini sangat gamblang dan
jelas. Allah Ta’ala menerangkannya di
banyak tempat dalam Al Quran. Demikian pula penjabaran dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang masalah ini sangat banyak dan mencapai
derajat mutawatir. Allah Ta’ala
berfirman, “…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut,
sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah
nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena
kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)
kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” [QS. Al
An’am: 93]
Adapun dalil tentang adanya siksa
kubur adalah tentang kisah pertanyaan malaikat di alam kubur kepada mayit
tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya. Allah Ta’ala
lalu meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap, sehingga
dengan kemantapannya ia menjawab, ”Rabbku adalah Allah, agamaku Islam,
dan nabiku adalah Nabi Muhammad”. Sebaliknya Allah menyesatkan
orang-orang yang dzalim. Orang yang kafir hanya bisa menjawab,
”Hah…hah!Aku tidak tahu” sementara itu orang munafik atau orang
yang ragu menjawab: “Aku tidak tahu. Aku dengar
orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku ikut pula mengaatkannya”.
Sudah dimuat di majalah FITHRAH edisi Agustus 2014 secara panjang.
Sudah dimuat di majalah FITHRAH edisi Agustus 2014 secara panjang.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id