Sederhanalah, Tak Perlu Berlebihan
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2015/04/sederhanalah-tak-perlu-berlebihan.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penulis buku Kutunggu di Telaga Al-Kautsar & Mendekat Kepada Allah
Banyak
yang berdogma, berlebihan dalam dosa jelas-jelas dosa ganda, sementara
berlebihan dalam kebaikan tidak mengapa. Nyatanya, kebaikan pun tetap
diharapkan hadir secara sederhana dengan tetap memaksimalkannya tanpa harus
menginjak batas ekstremisme. Berlebihan sangat berbeda dengan memaksimalkan
ketaatan. Berlebihan itu cenderung kepada sikap melampaui batas kebolehan dalam
maksimalisasi keshalihan diri
Dalam
bershadaqah, sekalipun harta meruah, tak ada alasan bebas tercurah tanpa arah.
Harta selain harus dialokasikan secara tepat, harus juga dialokasikan secara
cerdas.
Dalam
berdoa dan bersuci, tidak diizinkan melebihi batasan yang dibuat Nabi.
Dalam
makan, minum dan pakaian, tidak diperkenankan menghamburkan apalagi tidak
sesuai kebutuhan.
Dalam
mengelola harta, dilarang mengalokasikannya kepada yang tidak semestinya.
Idho’atal Maal. Tu`tus-sufahaa. Zakat pada orang fasiq. Membeli barang hina.
Dalam
bersumpah, tak ada kebolehan berserapah terutama dalam transaksi mu’amalah.
Sumpah yang sampai serapah itu berarti sudah berlebihan.
Dalam
mencintai masjid dan mushaf Al-Qur`an, tidak dibenarkan memberi hiasan yang
melalaikan. Termasuk juga kalau sampai mengubah perjanjian waqaf.
Dalam
mencintai siapa saja dan apa saja, tidak dikenal cinta buta selain kepada Allah
Yang Maha Suci.
Kita
bisa temui banyak hal yang sangat istimewa keberadaannya dengan
kesederhanaannya. Sebuah lukisan begitu memukau padahal hanya beberapa goresan
sederhana. Sebuah karya desain artistik dengan Corel Draw atau Photoshop begitu
mempesona padahal hanya dengan permainan atau teknik sederhana. Sebuah model
pakaian bisa jadi sangat mahal salarynya padahal tidak ada yang istimewa tapi kesederhanaan
desainnyalah yang membuatnya begitu berharga. Sebuah hadiah bisa sangat
membahagiakan padahal hanya hadiah sederhana entah berupa sebatang coklat,
sekerat roti, sekeping uang, secuil kurma, atau seteguk air, atau bahkan
sebutir nasi.
Kesederhanaan-kesederhanaan
dalam berbagai hal bisa menjadi istimewa bukan hanya kadang-kadang, tapi bisa
jadi banyak hal yang harus tampil secara sederhana selamanya, sebab jika tampil
secara tidak sederhana alias berlebihan, pasti tidak menjadi istimewa.
Penentu
nilai keistimewaan sesuatu bukan pada tampilan ataupun esensinya yang
diupayakan semewah mungkin hingga mencapai titik berlebihan. Penentu nilai
keistimewaan sesuatu ada pada posisinya yang sebisa mungkin tepat: tepat guna,
tepat waktu, tepat rencana, tepat posisi, tepat ukuran dan tepat-tepat yang
lainnya. Posisi ‘tepat’ inilah yang dikatakan sederhana.
Sederhana
bukanlah kondisi pas-pasan atau serba irit atau seadanya. Sederhana jangan
dikira bermakna sebuah kondisi memprihatinkan, kurang menarik, tidak punya daya
tawar, membutuhkan ketabahan untuk memendam malu (gengsi). Sederhana adalah
kondisi yang tepat untuk sesuatu yang dilekatkan padanya.
Kita
tentu akan menyebut seorang bos atau atasan adalah orang flamboyan atau hedonis
hanya karena dia punya rumah megah dengan kolam dimana-mana dan taman
bertaburan tanaman mahal, punya mobil sejumlah hari dalam satu bulan, punya
setelan baju kerja bernilai jutaan rupiah sebanyak empat lemari. Di sisi lain,
kita pasti akan menyebut seorang guru atau pegawai negeri adalah orang
sederhana karena dia sehari-hari belanja sesuai gajinya satu bulan, walaupun
dia bisa menabung untuk hari tua dan keperluan anak-anaknya menginjak dewasa
serta untuk keberangkatan haji dan umrah serta bisa mengadakan tasyakuran
seperlunya.
‘Seperlunya’
adalah kata substitusi ‘sederhana’. Perlunya begitu ya begitu saja. Tidak perlu
neko-neko. Kalau tidak perlu ya tidak usah diperlu-perlukan seolah-olah perlu
padahal tidak perlu. Sama halnya sederhana. Kalau cukup dengan sederhana, ya
sederhana saja, tidak perlu disederhanakan ataupun diupayakan di atas derajat
sederhana.
Itulah
mengapa, kita bisa katakan seorang presiden sederhana jika beliau naik pesawat
bertarif lima juta untuk satu kali penerbangan lintas benua selama 12 jam
dengan keamanan ekstra, karena beliau butuh seperti itu. Kita akan katakan
seorang presiden tidak sederhana jika beliau menggunakan transportasi
helikopter walaupun sudah berusia 20 tahun hanya untuk menuju korban bencana
letusan gunung berapi yang notabene debu abu vulkanik bertebaran dimana-mana.
Berikut suasana kantor QUFICORP. Promotor Manajemen Majalah & Buku,
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id