Sederhanalah, Tak Perlu Berlebihan

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penulis buku Kutunggu di Telaga Al-Kautsar & Mendekat Kepada Allah


Banyak yang berdogma, berlebihan dalam dosa jelas-jelas dosa ganda, sementara berlebihan dalam kebaikan tidak mengapa. Nyatanya, kebaikan pun tetap diharapkan hadir secara sederhana dengan tetap memaksimalkannya tanpa harus menginjak batas ekstremisme. Berlebihan sangat berbeda dengan memaksimalkan ketaatan. Berlebihan itu cenderung kepada sikap melampaui batas kebolehan dalam maksimalisasi keshalihan diri
Dalam bershadaqah, sekalipun harta meruah, tak ada alasan bebas tercurah tanpa arah. Harta selain harus dialokasikan secara tepat, harus juga dialokasikan secara cerdas.
Dalam berdoa dan bersuci, tidak diizinkan melebihi batasan yang dibuat Nabi.
Dalam makan, minum dan pakaian, tidak diperkenankan menghamburkan apalagi tidak sesuai kebutuhan.
Dalam mengelola harta, dilarang mengalokasikannya kepada yang tidak semestinya. Idho’atal Maal. Tu`tus-sufahaa. Zakat pada orang fasiq. Membeli barang hina.
Dalam bersumpah, tak ada kebolehan berserapah terutama dalam transaksi mu’amalah. Sumpah yang sampai serapah itu berarti sudah berlebihan.
Dalam mencintai masjid dan mushaf Al-Qur`an, tidak dibenarkan memberi hiasan yang melalaikan. Termasuk juga kalau sampai mengubah perjanjian waqaf.
Dalam mencintai siapa saja dan apa saja, tidak dikenal cinta buta selain kepada Allah Yang Maha Suci.

Kita bisa temui banyak hal yang sangat istimewa keberadaannya dengan kesederhanaannya. Sebuah lukisan begitu memukau padahal hanya beberapa goresan sederhana. Sebuah karya desain artistik dengan Corel Draw atau Photoshop begitu mempesona padahal hanya dengan permainan atau teknik sederhana. Sebuah model pakaian bisa jadi sangat mahal salarynya padahal  tidak ada yang istimewa tapi kesederhanaan desainnyalah yang membuatnya begitu berharga. Sebuah hadiah bisa sangat membahagiakan padahal hanya hadiah sederhana entah berupa sebatang coklat, sekerat roti, sekeping uang, secuil kurma, atau seteguk air, atau bahkan sebutir nasi.
Kesederhanaan-kesederhanaan dalam berbagai hal bisa menjadi istimewa bukan hanya kadang-kadang, tapi bisa jadi banyak hal yang harus tampil secara sederhana selamanya, sebab jika tampil secara tidak sederhana alias berlebihan, pasti tidak menjadi istimewa.
Penentu nilai keistimewaan sesuatu bukan pada tampilan ataupun esensinya yang diupayakan semewah mungkin hingga mencapai titik berlebihan. Penentu nilai keistimewaan sesuatu ada pada posisinya yang sebisa mungkin tepat: tepat guna, tepat waktu, tepat rencana, tepat posisi, tepat ukuran dan tepat-tepat yang lainnya. Posisi ‘tepat’ inilah yang dikatakan sederhana.
Sederhana bukanlah kondisi pas-pasan atau serba irit atau seadanya. Sederhana jangan dikira bermakna sebuah kondisi memprihatinkan, kurang menarik, tidak punya daya tawar, membutuhkan ketabahan untuk memendam malu (gengsi). Sederhana adalah kondisi yang tepat untuk sesuatu yang dilekatkan padanya.
Kita tentu akan menyebut seorang bos atau atasan adalah orang flamboyan atau hedonis hanya karena dia punya rumah megah dengan kolam dimana-mana dan taman bertaburan tanaman mahal, punya mobil sejumlah hari dalam satu bulan, punya setelan baju kerja bernilai jutaan rupiah sebanyak empat lemari. Di sisi lain, kita pasti akan menyebut seorang guru atau pegawai negeri adalah orang sederhana karena dia sehari-hari belanja sesuai gajinya satu bulan, walaupun dia bisa menabung untuk hari tua dan keperluan anak-anaknya menginjak dewasa serta untuk keberangkatan haji dan umrah serta bisa mengadakan tasyakuran seperlunya.
‘Seperlunya’ adalah kata substitusi ‘sederhana’. Perlunya begitu ya begitu saja. Tidak perlu neko-neko. Kalau tidak perlu ya tidak usah diperlu-perlukan seolah-olah perlu padahal tidak perlu. Sama halnya sederhana. Kalau cukup dengan sederhana, ya sederhana saja, tidak perlu disederhanakan ataupun diupayakan di atas derajat sederhana.
Itulah mengapa, kita bisa katakan seorang presiden sederhana jika beliau naik pesawat bertarif lima juta untuk satu kali penerbangan lintas benua selama 12 jam dengan keamanan ekstra, karena beliau butuh seperti itu. Kita akan katakan seorang presiden tidak sederhana jika beliau menggunakan transportasi helikopter walaupun sudah berusia 20 tahun hanya untuk menuju korban bencana letusan gunung berapi yang notabene debu abu vulkanik bertebaran dimana-mana.

Berikut suasana kantor QUFICORP. Promotor Manajemen Majalah & Buku,



Related

Akhlaq 1760967781685535820

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item