Hukum Fiqih Tentang Mengambil atau Memanfaatkan atau Menggunakan Mal Dha'i atau Barang Buangan Rombengan Rongsokan yang Sudah Tidak Dipedulikan Pemiliknya | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) | Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) | Bahtsul Masail
Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) No. 351
Mengambil Barang yang Tidak Dipedulikan Pemiliknya
Bersama
Direktur Yayasan Shadaqah Jariyah Quantum Fiqih Ar-Rasyidiyyah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Pertanyaan_
Di kosan saya, di kulkas umum, ada camilan tadz, udah tak tanyain ke semua penghuni, ga ada yang mengakui, padahal itu camilan udah 3 bulanan lebih. Boleh ngga tadz sy makan?
Ditanyakan oleh Saudara *Anonimous* (0897-2101-ZZZ) dari Probolinggo pada _12 Februari 2020_
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Jawaban_
Dalam Islam harta orang siapa pun dia tidak halal untuk dipindahkan kepemilikan kecuali atas kerelaan pemiliknya dan pada kasus saudara tidak dapat diketahui apakah pemiliknya merelakan atau tidak barang tersebut.
Saya apresiasi atas pertanyaan Saudara Anonimous tentang sesuatu yang nampak sepele. Sesepele apapun, dalam agama kita ada aturannya. Agama kita mengatur apapun, sesepele apapun.
Syekh Zainuddin Al-Malibari menjelaskan,
لَوِ الْتَقَطَ شَيْئًا لَا يُخْشَى فَسَادُهُ كَنَقْدٍ وَنُحَاسٍ بِعِمَارَةٍ أَوْ مَفَازَةٍ عَرَّفَهُ سَنَةً فِيْ الْأَسْوَاقِ وَأَبْوَابِ الْمَسَاجِدِ فَإِنْ ظَهَرَ مَالِكُهُ وَإِلَّا تَمَلَّكَهُ بِلَفْظِ تَمَلَّكْتُ وَإِنْ شَاءَ بَاعَهُ وَحِفَظَ ثَمَنَهُ
“Apabila seseorang menemukan barang yang tidak rentan rusak seperti emas atau perak dan tembaga, di keramaian atau di hutan, maka ia wajib mengumumkannya selama satu tahun di pasar-pasar dan pintu-pintu masjid. Bila kemudian jelas pemiliknya, maka wajib dikembalikan. Bila tidak, maka ia dapat memiliknya dengan lafazh ‘Saya memiliki.’ Bisa juga dengan menjualnya dan menyimpan uang hasil penjualan benda tersebut,” [Fath Al-Mu’in Hamisy I’anah Ath-Thalibin, Surabaya: Al-Haramain, tanpa keterangan tahun, 3/250]
Fokus pada frasa, "menemukan barang yang tidak rentan rusak," berarti barangsiapa menemukan barang yang rentan rusak dan tidak berharga tinggi, maka boleh dimiliki, seperti makanan, minuman, camilan, pulpen, tissue, dll., kecuali pemiliknya mendatangi. Barang yang sudah tidak dihiraukan pemiliknya yang bisa dimungkinkan dibuang oleh pemiliknya, maka boleh diambil. Ingat, boleh. Bukan dianjurkan.
Mengomentari pendapat Syekh Zainuddin Al-Malibari di atas, Syekh Abu Bakar bin Syatha mengatakan,
قَوْلُهُ وَإِنْ شَاءَ بَاعَهُ وَحِفَظَ ثَمَنَهُ) مِثْلُهُ فِيْ شَرْحِ التَّحْرِيْرِ. وَالَّذِيْ صَرَّحَ بِهِ سم وَالْخَطِيْبُ عَلَى أَبِيْ شُجَاعٍ أَنَّهُ لَا يُبَاعُ فِيْ هَذِهِ الْحَالَةِ، بَلْ هُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ تَمَلُّكِهِ وَبَيْنَ حِفْظِهِ عَلَى الدَّوَامِ، وَصَرَّحَ بِهِ الْبَاجُوْرِيُّ أَيْضًا.
“Ungkapan Syekh Zainuddin, bisa juga dengan menjualnya dan menyimpan uang hasil penjualan benda tersebut, pendapat ini senada dengan keterangan dalam Syarah At-Tahrir karya Syekh Zakariya Al-Anshari). Sedangkan pendapat yang ditegaskan Syekh Ibnu Qasim dan Al-Khatib Al-Syarbini atas matan Abu Syuja’, bahwa barang tersebut tidak dijual, namun penemu diperkenankan memilih antara memilikinya dan menjaganya untuk selamanya. Pendapat ini juga ditegaskan Syekh Al-Bajuri,” [I’anatut Thalibin, Surabaya, Al-Haramain, tanpa keterangan tahun, juz III, halaman 250]
التشريع الجنائي في الإسلام الجزء 4 صحـ : 164 مكتبة الشاملة الإصدار الثاني
اْلأُشْيَاءُ الْمَتْرُوْكَةُ هِىَ اْلأُشْيَاءُ الَّتِىْ كَانَتْ مَمْلُوْكَةً لِلْغَيْرِ ثُمَّ تَخَلَّى عَنْهَا مَالِكُهَا كَالْمَلاَبِسِ الْمُسْتَهْلِكَةِ وَبَقَايَا الطَّعَامِ وََكَنَاسَةِ الْمَنَازِلِ وَحُكْمُ اْلأُشْيَاءِ الْمَتْرُوْكَةِ هُوَ حُكْمُ اْلأَشْيَاءِ الْمُبَاحَةِ ِلأَنَّ اْلأَشْيَاءَ الْمَتْرُوْكَةَ تُصْبِحُ بِتَرْكِهَا لاَ مَالِكَ لَهَا وَمِلْكُ الشَّيْءِ لِلْغَيْرِ وَاجِبٌ ِلاعْتِبَارِ السَّرِقَةِ اهـ
Diterangkan oleh Syaikh Dr. ‘Abdul Qadir ‘Audah, “Barang-barang buangan adalah barang-barang yang awalnya dimiliki oleh seseorang lalu dibuang oleh pemiliknya, seperti pakaian bekas, sisa makanan, bangunan reot, dan semacamnya (yang sudah diabaikan pemiliknya). Hukum barang buangan adalah sebagaimana barang-barang mubah. Karena barang buangan dibuang sehingga tidak ada pemiliknya. Sebenarnya lebih baik agar mengalihkan kepemilikan barang tersebut kepada seseorang untuk menutup potensi maupun tuduhan pencurian.”
Memang ada anjuran dari Syekh Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini agar barang sesepele apapun tetap diumumkan kepada khalayak publik sebagaimana ketika menemukan barang berharga. Beliau menuturkan,
كفاية الأخيار الجزء 2 صحـ : 6 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
فَرْعٌ إِذَا وَجَدَ مَا لاَ يَتَمَوَّلُ كَزَبِيْبَةٍ وَنَحْوِهَا فَلاَ يُعَرَّفُ وَلِوَاجِدِهِ اْلاسْتِبْدَادُ بِهِ وَإِنْ تَمَوَّلَ وَهُوَ قَلِيْلٌ فَاْلأَصَحُّ أَنَّهُ لاَ يُعَرَّفُ سَنَةً بَلْ يُعَرَّفُ زَمَنًا يُظَنُّ أَنَّ فَاقِدَهُ يُعْرِضُ عَنْهُ غَالِبًا وَضَابِطُ الْقَلِيْلِ مَا يَغْلِبُ عَلَى الظَّنَّ أَنَّ فَاقِدَهُ لاَ يَكْثُرُ أَسَفُهُ عَلَيْهِ وَلاَ يَطُوْلُ طَلَبُهُ غَالِبًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Cabang bahasan. Apabila seseorang menemukan sesuatu yang tidak bertuan seperti kismis dan sejenisnya maka tidak perlu diumumkan. Boleh dikuasai (dimiliki). Andaipun bertuan tapi sangat remeh/sepele/sedikit, maka menurut Al-Ashahh, tidak perlu diumumkan sampai satu tahun, tapi cukup beberapa waktu saja dimana dimungkinkan orang yang merasa kehilangan sesuatu tersebut mengetahuinya. Batasan remeh/sepele/sedikit adalah yang secara umum diperkirakan orang yang merasa kehilangan tidak menganggapnya sesuatu yang banyak/bernilai dan mencari-carinya dalam waktu yang lama.
Jadi, camilan di kulkas umum tersebut, statusnya adalah barang terlantar (mâl dhâ`i') yang akan lebih baik bagi orang banyak dan aman bagi diri sendiri lagi bila pengalokasiannya untuk kemaslahatan kepentingan umum. Hanya saja jika masih ada harapan mengetahui pemiliknya, maka wajib meyimpan sampai pemiliknya mengambil. Sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Ba’alwi,
بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 261 مكتبة دار الفكر
فَإِنْ أَيِسَ مِنْ مَعْرِفَةِ مَالِكِهِ صَرَفَ مَصْرَفَ بَيْتِ اْلمَالِ اهـ
“Jika sudah mustahil diketahui pemiliknya sebaiknya pasrahkan saja ke Baitul-Mal (kantor kas Negara).” Beres kan? Tapi masak camilan saja mesti serepot itu?
Jadi, diperbolehkan menyantapnya segera, bila ada dugaan kuat bahwa pemiliknya merelakan. Namun jika tidak, seperti halnya pemiliknya pelit, maka haram mengambilnya.
Disebutkan dalam Syekh Muhammad Asy-Syirbini dalam Al-Iqna',
أما ما ألقاه الريح في دارك أو حجرك فليس لقطة بل مال ضائع وكذا ما حمله السيل الى أرضك فإن أعرض عنه مالكه كان ملكا لك لا لقطة وإن لم يعرض فهو لمالكه
“Adapun barang yang dibawa angin ke dalam rumahmu atau kamarmu, maka tidak disebut barang temuan tapi disebut barang atau harta terlantar. Begitu juga barang yang dibawa oleh banjir ke daerahmu, jika diabaikan oleh pemiliknya, maka barang itu menjadi milikmu, bukan barang temuan. Jika belum diabaikan, maka ia tetap milik pemiliknya.”
Jadi boleh aja dimakan, asal belum kedaluwarsa, hehehe. Kalau tidak segera dimakan malah termasuk idha’ah al-mal dan tabdzir, dosa kan. Lagipula, andai suatu hari ada seseorang mengaku sebagai pemiliknya, Saudara Anonimous tidak keberatan kan membeli camilan yang sama untuk dikasihan ke orang tersebut?
Dalam fiqih juga ada namanya jual-beli tanpa ada lafazh dari pembeli dan penjual karena barang yang diperjual-belikan sepele,
المعاطة هي الأحذ والاعطاء بدون الكلام
“Al-Mu’athah adalah (suatu akad jual beli dengan cara) mengambil dan memberikan sesuatu tanpa harus berbicara.” Andai pemilik camilan tersebut bermaksud menjualnya namun hanya ditaruh di kulkas, maka saat Saudara Anonimous mengambilnya dan memakannya, bisa jadi sah sebagai transaksi jual beli yang mana suatu saat pemilik camilan tersebut nongol maka harus segera dibayar oleh Saudara Anonimous.
Mohon maaf Mas Anonimous kalau uraian ini terkesan ribet binti mbulet bin ruwet. Semata-mata demi keamanan dan kenyamanan. Begitulah para ulama zaman dahulu, seremeh apapun dibahas. Jaga-jaga untuk perkara yang lebih besar. Prepare istilahnya.
Googling ya http://bit.ly/biografibrillyelrasheed
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
🔔 Follow semua media sosial Broadcast Quantum Fiqih di kontakk.com/@quantumfiqih
🎁 Sampaikan Konsultasi Syariah dan Fiqih melalui whatsapp 0821-4088-8638 dengan memperkenalkan diri dan kota domisili, untuk beragam persoalan mulai Aqidah, Ibadah, Mu'amalah, Akhlaq, Nikah dan Keluarga, Sirah/Tarikh, dan lain sebagainya. Sudah ada hampir 400 tanya jawab yang kami layani secara tertulis.
📺 Kepoin instagram.com/pejuangshalatsunnah untuk mendapatkan booster semangat merutinkan shalat wajib dan shalat sunnah.
📺 Belanja mushaf Al-Quran cantik dan istimewa di instagram.com/gudangkitabsucialquran.
Referensi tambahan,
حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 3 صحـ : 121 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
( فَرْعٌ ) يَجُوْزُ الْتِقَاطُ السَّنَابِلِ لِلتَّمَلُّكِ إِنْ أَعْرَضَ مَالِكُهَا عَنْهَا أَوْ عُلِمَ رِضَاهُ وَلَوْ كَانَتْ فِيْ مَالٍ زَكَوِيٍّ وَلاَ زَكَاةَ عَلَى الْمَالِكِ فِيْهَا ِلأَنَّهَا لَمَّا كَانَتْ فِيْ مَحِلِّ اْلإِعْرَاضِ مِنَ الْمَالِكِ جُعِلَتْ كَذَلِكَ مِنَ الْمُسْتَحِقِّينَ تَبَعًا
فتح المعين هامش إعانة الطالبين الجزء 3 صحـ : 292 مكتبة دار الفكر
وَيُعَرَّفُ حَقِيْرٌ لاَ يُعْرِضُ عَنْهُ غَالِبًا وَقِيْلَ هُوَ دِرْهَمٌ زَمَناً يُظَنُّ أَنَّ فَاقِدَهُ يُعْرِضُ عَنْهُ بَعْدَهُ غَالِبًا وَيَخْتَلِفُ ذَلِكَ بِاخْتِلاَفِ اْلمَالِ فَدَانِقُ اْلفِضَّةِ حَالاً وَالذَّهَبُ نَحْوُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ أَمَّا مَا يُعْرِضُ عَنْهُ غَالِبًا كَحَبَّةِ زَبِيْبٍ اسْتَبَدَّ بِهِ وَاجِدُهُ بِلاَ تَعْرِيْفٍ وَمَنْ رَأَى لُقَطَةً فَرَفَعَهَا بِرِجْلِهِ لِيَعْرِفَهَا وَتَرَكَهَا لَمْ يَضْمَنْهَا اهـ
إعانة الطالبين الجزء 3 صحـ : 292 مكتبة دار الفكر
(قَوْلُهُ وَيُعَرَّفُ حَقِيْرٌ إلخ) أَيْ فِي اْلاَصَحِّ وَقِيْلَ إِنَّهُ كَغَيْرِ اْلحَقِيْرِ فِيْ جَمِيْعِ ماَ تَقَدَّمَ. وَقَوْلُهُ لاَ يُعْرِضُ َعَنْ قَيْدٍ وَسَيَذْكُرُ مُحْتَرَزَهُ (قَوْلُهُ وَقِْيَل هُوَ) أَيِ الْحَقِيْرُ وَلَعَلَّ فِي الْعِبَارَةِ سَقْطًا مِنَ النُّسَّاخِ يُعْلَمُ مِنْ عِبَارَةِ التُّحْفَةِ وَنَصُّهَا قِيْلَ هُوَ أَيِ اْلحَقِيْرُ دِيْنَارٌ وَقِيْلَ هُوَ دِرْهَمٌ وَقِيْلَ وَزْنُهُ وَقِيْلَ دُوْنَ نِصَابِ السَّرِقَةِ وَاْلأَصَحًّ عِنْدَهُمَا أَيْ الشَّيْخَيْنِ أَنَّهُ لاَ يَتَقَدَّرُ بَلْ مَا يَظُنُّ أَنَّ صَاحِبَهُ لاَ يَكْثُرُ أَسَفُهُ عَلَيْهِ وَلاَ يَطُوْلُ طَلَبُهُ لَهُ غَالِبًا اهـ
حاشية الجمل الجزء 3 صحـ : 475 مكتبة دار الفكر
( قَوْلُهُ وَيَدُهُ فِيْ أَصْلِهَا أَمِينَةٌ ) وَمِنْهُ يَدُ الْمُلْتَقِطِ لِلْحِفْظِ أَوِ التَّمَلُّكِ وَلَمْ يَتَمَلَّكْهُ اهـ شَرْحُ م ر اهـ سم
الاستذكار الجزء 7 صحـ : 245 مكتبة الشاملة الإصدار الثاني
وَأَجْمَعُوْا أَنَّ يَدَّ الْمُلْتَقِطِ لَهَا لاَ تَنْطَلِقُ عَلَى التَّصَرُّفِ فِيْهَا بِوَجْهٍ مِنَ الْوُجُوْهِ قَبْلَ الْحَوْلِ إِنْ كَانَتْ مِمَّا يَبْقَى مِثْلُهَا حَوْلاً دُوْنَ فَسَادٍ يَدْخُلُهَا اهـ
بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 261 مكتبة دار الفكر
(مَسْأَلَةٌ) حُكْمُ مَا يُلْقِيْهِ الْبَحْرُ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَخْشَابٍ وَنَحْوِ اْلآلاَتِ مِنْ كُلِّ مَا دَخَلَ تَحْتَ يَدِّ مَالِكٍ حُكْمُ اْلمَالِ اْلضَائِعِ إِنْ تَوَقَّعَ مَعْرِفَةُ مُلاَّكِهِ عَادَةً حُفِظَ وُجُوْباً عِنْدَ أَمِيْنٍ وَلاَ يَسْتَحِقُّ آخِذُهُ جُعْلاً وَإِنْ تَكَرَّرَ لَهُ مِنْ بَعْدُ أَوْ أَطْلَعَهُ فِيْ سَفِيْنَتِهِ فَإِنْ أَيِسَ مِنْ مَعْرِفَةِ مَالِكِهِ صَرَفَ مَصْرَفَ بَيْتِ اْلمَالِ اهـ
أسنى المطالب الجزء 1 صحـ : 574 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
( وَالثِّمَارُ وَالزَّرْعُ فِي التَّحْرِيمِ ) عَلَى غَيْرِ مَالِكِهَا وَالْحِلِّ لَهُ ( كَغَيْرِهَا ) فَلاَ يُبَاحُ لَهُ بِغَيْرِ إذْنِ مَالِكِهَا إِلاَّ عِنْدَ اضْطِرَارِهِ فَيَأْكُلُ وَيَضْمَنُ ( فَلَوْ جَرَتِ الْعَادَةُ بِأَكْلِ مَا تَسَاقَطَ ) مِنْهَا ( جَازَ ) إِجْرَاءً لَهَا مَجْرَى اْلإِبَاحَةِ لِحُصُوْلِ الظَّنِّ بِهَا كَمَا يَحْصُلُ بِحَمْلِ الصَّبِيِّ الْمُمَيِّزِ الْهَدِيَّةَ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَيَنْبَغِيْ أَنْ يُسْتَثْنَى مَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ لِمَنْ لاَ يُعْتَبَرُ إذْنَهُ كَيَتِيمٍ وَأَوْقَافٍ عَامَّةٍ ِلأَنَّ صَرِيحَ إِذْنِهِ لاَ يُؤَثِّرُ فَمَا يَقُوْمُ مَقَامَهُ أَوْلَى قَالَ وَقَدْ ذَكَرَ ابْنُ عَبْدِ السَّلاَمِ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الشُّرْبِ مِنَ الْجَدَاوِلِ وَاْلأَنْهَارِ الْمَمْلُوْكَةِ وَهَذَا أَوْلَى مِنْهُ ( إِلاَّ إِنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ ) أَيْ مَا ذُكِرَ مِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ ( أَوْ مَنَعَ ) مِنْهُ ( الْمَالِكُ ) ِلأَنَّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى شُحِّهِ وَعَدَمِ مُسَامَحَتِهِ اهـ
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 9 صحـ : 337 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَيَحْرُمُ أَخْذُ ثَمَرٍ مُتَسَاقِطٍ إنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ وَسَقَطَ دَاخِلَ الْجِدَارِ وَكَذَا إِنْ لَمْ يُحَوَّطْ عَلَيْهِ أَوْ سَقَطَ خَارِجَهُ لَكِنْ لَمْ تُعْتَدِ الْمُسَامَحَةُ بِأَخْذِهِ وَفِي الْمَجْمُوْعِ مَا سَقَطَ خَارِجَ الْجِدَارِ إنْ لَمْ تُعْتَدْ إِبَاحَتُهُ حَرُمَ وَإِنِ اعْتِيدَتْ حَلَّ عَمَلاً بِالْعَادَةِ الْمُسْتَمِرَّةِ الْمُغَلَّبَةِ عَلَى الظَّنِّ إِبَاحَتُهُمْ لَهُ كَمَا تَحِلُّ هَدِيَّةٌ أَوْ أَوْصَلَهَا مُمَيِّزٌ اهـ
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id