Puasa Sunnah Tapi Punya Utang Puasa Wajib | Konsultasi Syari'ah dan Fiqih (KASYAF) | Taujih Khutbah Bahtsul Masail Fatwa Tarjih




Konsultasi Syari'ah dan Fiqih (KASYAF) No. 
*384 - Puasa Sunnah Tapi Punya Utang Puasa Wajib*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Pertanyaan_
🏵 Mohon pencerahan Jelang puasa ramadhan Apabila masih ada hutang puasa Dan menjalankan puasa Senin kamis. Hukumnya gmn ?

📝 Ditanyakan oleh Ibu *Mardis* (+62 838-4998-9979) dari Surabaya pada _2 Februari 2021_ via WhatsApp

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
_Jawaban_
📒 Imam Syamsuddin Ar-Ramli mengutip penjelasan Al-Jurjani, 

يُكْرَهُ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ أَنْ يَتَطَوَّعَ بِالصَّوْمِ كَرَاهَةُ صَوْمِهَا لِمَنْ أَفْطَرَهُ بِعُذْرٍ

Orang utang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunah, kemakruhan puasa sunnah bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur,” *[Nihayah Al-Muhtaj, Beirut, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, cetakan ketiga, 2003 M/1424 H, juz 3, halaman 208]*

📻 Jadi tidak berdosa seseorang yang puasa sunnah dalam kondisi punya utang puasa wajib. Bahkan boleh satu puasa sunnah diniatkan sekaligus sebagai qodho' (nyaur utang) puasa Ramadhan. 

📚 Dijelaskan Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari, 

أَفْتَى الْبَارِزِيُّ بِأَنَّ مَنْ صَامَ عَاشُورَاءَ مَثَلًا عَنْ قَضَاءٍ أَوْ نَذْرٍ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَوَافَقَهُ الْأَصْفُونِيُّ وَالْفَقِيهُ عَبْدُ اللَّهِ النَّاشِرِيُّ وَالْفَقِيهُ عَلِيُّ بْنُ إبْرَاهِيمَ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيُّ وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ

Al-Barizi berfatwa bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura misalnya untuk qadha atau nazar puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Ini pandangan yang muktamad. *[Asna Al-Mathalib, juz 5, halaman 388]*

🧺 Dengan syarat, kalau sudah niat qodho' maka memasang niatnya harus malam harinya, sebagaimana puasa Ramadhan. Berbeda dengan puasa sunnah yang mana boleh memasang niat setelah matahari terbit, asalkan tidak sarapan dulu, baru niat puasa sunnah siang hari, hehe 😀

🎁 Perlu diingat, hukumnya boleh, bukan dianjurkan. Artinya yang dianjurkan adalah membereskan dulu utang puasa wajib, baru puasa sunnah. Itu yang dianjurkan. Sama halnya, kita punya utang pada seseorang, jangan sibuk ngasih kue, ngasih buah tangan, tapi lunasi dulu, baru setelah lunas, kita tambahkan dengan oleh-oleh dan lain-lain. 

🏕 Kesimpulan ini, yaitu bolehnya menggabung niat puasa wajib qodho' dengan puasa sunnah sangat bagus dan melegakan jiwa kaum hawa yang setiap Ramadhan pasti tidak pernah bisa full 29 atau 30 hari akibat siklus haid. Kaum hawa terdiskreditkan dengan realitas haid sehingga terancam tidak bisa mendapatkan ajr (pahala) puasa sunnah Syawwal, mengingat bunyi haditsnya adalah barangsiapa puasa Ramadhan lalu diikuti enam hari bulan Syawwal. Bila memperhatikan kesimpulan awal tadi, maka kaum hawa tetap bisa puasa Syawwal dan full pahalanya meski puasa Syawwal dibarengi niat qodho' puasa Ramadhan akibat haid. 

🎪 Status hukum ini tidak bisa dijadikan qiyas untuk orang yang punya utang shalat lalu meniatkan shalat Sunnah sekaligus sebagai qodho' shalat wajib, meski bilangan raka'atnya sama. Khusus untuk shalat sunnah Tahiyyatul-Masjid, bisa didapatkan dengan mengerjakan shalat fardhu yang ada' (real time/bukan qodho'). 

📒 Imam An-Nawawi menerangkan, 

قَالَ اَصْحَابُنَا وَكَذَا لَوْ نَوَى الْفَرِيضَةَ وَتَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ أَوْ الرَّاتِبَةَ وَتَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ حَصَلَا جَمِيعًا بَلَا خِلَافٍ 

“Para ulama dari kalangan madzhab kami menyatakan, ‘Begitu juga apabila ia berniat shalat fardli dan shalah tahiyyatul masjid atau berniat shalat rawatib dan tahiyyatul masjid maka keduanya bisa diperoleh semuanya. Dalam hal ini tidak ada perselisihan pedapat di antara mereka,” *[Al-Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, juz 3 halaman 544]*

📒 Lebih lengkapnya, dijelaskan Imam Al-Mahalli, 

(وَتَحْصُلُ بِفَرْضٍ أَوْ نَفْلٍ آخَرَ ) سَوَاءٌ نُوِيَتْ مَعَهُ أَمْ لَا لِأَنَّ الْمَقْصُودَ وُجُودُ صَلَاةٍ قَبْلَ الْجُلُوسِ ، وَقَدْ وُجِدَتْ بِمَا ذُكِرَ ، وَلَا يَضُرُّهُ نِيَّةُ التَّحِيَّةِ لِأَنَّهَا سُنَّةٌ غَيْرُ مَقْصُودَةٍ خِلَافَ نِيَّةِ فَرْضٍ وَسُنَّةٍ مَقْصُودَةٍ فَلَا تَصِحُّ 

“Shalat tahiyyatul masjid bisa didapatkan dengan shalat fardlu atau shalat sunah yang lain baik shalat tahiyyatul masjid diniati bersamaan shalat fardlu atau sunah maupun tidak. Sebab, intinya adalah adanya shalat sebelum duduk di masjid dan hal itu sudah terwujud sebagaimana disebutkan. Dan niat shalat tahiyyatul masjid tidak merusak shalat tersebut karena shalat tahiyyatul masjid adalah termasuk sunnah yang tidak ditentukan (sunnah ghairu maqshudah). *Berbeda dengan niat shalat fardhu bersamaan dengan shalat sunnah yang sudah ditentukan. Dalam kasus ini shalatnya tidak sah*,” *[Syarh Minhaj Ath-Thalibin, dalam Hamisy Hasyiyah Qalyubi wa Umairah, Syarikatu Maktabah wa Mathba’ah Ahmad Said bin Nabhan, juz I, halaman 215]*

🌺 Penjelasan para ulama tentang merangkap niat dalam sebuah amal sesungguhnya bukan asal-asalan atau mau enaknya sendiri. Penjelasan tersebut berdasarkan fakta bahwa Allah menerima amal hamba dengan berbagai niatnya yang baik. Allah sangat menghargai satu amal banyak niat sebagaimana Allah juga menghargai satu niat untuk banyak amal. 

📜 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى

“Hanyalah amalan-amalan tergantung pada niat-niat. Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” *[Shahih Al-Bukhari no 1 dan Shahih Muslim no 1907]*

🍇 Perhatikan, Nabi menggunakan kata niat-niat, bukan hanya niat. Imam Ibnu Qudamah menerangkan, 

وأما تضاعف الفضل، فبكثرة النيات الحسنة، فإن الطاعة الواحدة يمكن أن ينوى بها خيرات كثيرة، فيكون له بكل نية ثواب، إذ كل واحدة منها حسنة، ثم تضاعف كل حسنة عشر أمثالها

Adapun dari sisi berlipat gandanya pahala, yaitu dengan banyaknya niat-niat baik. Karena satu ketaatan memungkinkan untuk diniatkan banyak kebaikan, maka baginya pahala untuk masing-masing niat. Karena setiap niat merupakan kabaikan, kemudian setiap kebaikan akan dilipat gandakan menjadi 10 kali lipat” *[Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin hal 362]*

📝 Dijawab oleh Abu Abizard *H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.* bin H. Yulianto
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📺 BCQUFI (Broadcast Quantum Fiqih) telah melayani KASYAF (Konsultasi Syariah dan Fiqih) hampir 430 sesi secara gratis/free tanpa syarat, baik secara tatap muka atau jarak jauh, baik lisan maupun tertulis, baik masalah Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, Akhlaq, Keluarga, dan lain sebagainya. Sampaikan pertanyaan melalui ustadzjibril@gmail.com atau http://wa.me/6282140888638. Jangan lupa sampaikan nama dan kota domisili. Jika pertanyaan mengandung aib, maka identitas penanya akan dirahasiakan. 

🍇 Belanja Al Quran, Buku Islami, Kurma, Zaitun, Camilan, Kertas HVS, dan lain-lain di www.shopee.co.id/brillyelrasheed

🍉 Sudah kami terima infaq dari Ibu Widyanti dan Pak Widodo sekeluarga sejumlah Rp 1.700.000,- semoga menjadi pembuka keberkahan dari Allah untuk Ibu Widyanti sekeluarga dunia-Akhirat. Belum tersalurkan karena pandemi dan tidak diizinkan Pemerintah setempat untuk mengadakan perkumpulan. 

😎 Alhamdulillah, BCQUFI telah melengkapi perpustakaan dengan koleksi Kitab berbahasa Arab mulai 1 Februari 2021 untuk meningkatkan kualitas layanan. Belanja Kitab menelan biaya Rp 1.261.900,- untuk Kitab Hasyiyah Shawi (4 jilid), Faidh Al-Qadir (6 jilid) dan Ihya' 'Ulumiddin (4 jilid). Terimakasih kami haturkan kepada donatur yang turut berpartisipasi menyumbangkan dana untuk belanja Kitab. Semoga layanan BCQUFI semakin bagus.

Related

Hukum Fiqih Tentang Selamatan Walimah Tasyakkur Kehamilan Anugerah Anak dari Allah | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed) | Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) | Bahtsul Masail Fatwa Tarjih

Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) No. 342 - Selamatan & Tasyakkur Kehamilan#broadcastquantumfiqihNo.: KS/10/I/20/QUFITopik: [1] Konsultasi Syariah & Fiqih (KASYAF)Rubrik: quant...

Hukum Fiqih Tentang Durhakakah Anak Yang Menolak Paksaan Nikah dari Wali Orang Tua dengan Calon yang Tidak Diminatinya | UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd.) | Konsultasi Syariah dan Fiqih (KASYAF) | Bahtsul Masail Fatwa Tarjih

Konsultasi Syariah & Fiqih (KASYAF) No. 345 - Durhakakah Anak Yang Menolak Paksaan Nikah Orang Tua#broadcastquantumfiqihNo.: KS/1/II/20/QUFITopik: [1] Konsultasi Syariah & Fiqih (K...

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Hot in week

Random Post

Cari Blog Ini

LanggananTranslate

Translate

Total Tayangan Halaman

139,619

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item