Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Di akhir zaman kelak, amanah telah
hilang, standar kebenaran yang dianut manusia pun sudah kabur bahkan terkikis
sama sekali, sehingga kebenaran dihukumi sebagai kesalahan dan kesalahan
dihukumi sebagai kebenaran. Hal ini sudah terjadi kini, kelak
akan lebih parah.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا ضُيِّعَتْ
الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ
السَّاعَةَ
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika amanah telah disia-siakan, tunggulah
kehancurannya.” Ada yang bertanya, “Bagaimana maksud amanah disia-siakan?” Nabi
menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya.” [Shahih Al-Bukhari no. 6015]
Kehancuran dalam hadits ini adalah bersifat epidemik universal. Secara
personal, ketika amanah hilang dari qalbu, kehancuran pun akan menimpa. Dari Hudzaifah, Rasulullah pernah memberitahukan dua
kabar. Aku telah melihat salah satunya, dan aku kini menunggu yang terakhir
(kabar kedua). Beliau memberitahukan kami, “Sesungguhnya amanah
telah turun di dalam lubuk qalbu
seorang.” (Ath-Thanafisi berkata,
maksudnya di tengah qalbu seseorang.)
Dan diturunkannya Al-Qur'an
hingga kami mengetahuinya dari Al-Qur`an dan kami mengetahuinya dari As-Sunnah.” Kemudian beliau menceritakan kepada kami tentang diangkatnya
amanah, “Seorang lelap tidur lalu diangkatlah amanah dari qalbunya,
hingga tertinggal bekasnya seperti bekas sesuatu yang sedikit. Kemudian ia
tidur kembali, lalu dicabutlah amanah dari
qalbunya hingga tertinggal bekasnya
seperti lepuh kulit, seperti kerikil bara api yang kamu gelincirkan dengan
kakimu hingga melepuh (terluka), dan kamu melihatnya menggembung, padahal tidak
ada sesuatu di dalamnya.”.” Kemudian Hudzaifah mengambil segenggam kerikil, lantas
ia gelincirkan dengan betisnya seraya berkata, (Rasulullah bersabda), "Maka
orang-orang pun akan saling berbai'at, dan nyaris tidak ada seorang pun yang
menjalankan amanah.
Hingga dikatakan. “Sesungguhnya
di kabilah si Fulan terdapat seorang lelaki jujur.” Kemudian dikatakan kepada lelaki
jujur itu, “Pandai
sekali ia. Beruntunglah ia.”
Sedangkan (sebenarnya) di dalam qalbunya
tidak ada keimanan sebesar biji gandum sekalipun.” Sesungguhnya telah tiba
suatu zaman kepadaku saat aku tidak peduli mana yang (layak) aku bai'at. Jika
ia muslim maka pastilah ia akan memperlihatkan kepadaku keislamannya. Jika ia
seorang Yahudi atau Nasrani, pastilah ia akan memperlihatkan kepadaku usahanya.
Adapun hari ini, tidaklah aku kecuali hanya
membai'at si Fulan dan si Fulan.” [Shahih:
Shahih
Al-Bukhari no. 6016, 6497, 6559, 7086; Shahih Muslim no. 206, 384; Sunan Ibnu
Majah no. 4063]
Hadits Nabawi
yang panjang ini sarat faedah hikmah, antara lain,
(1)
Amanah terletak di dalam qalbu.
(2)
Amanah dapat hilang dari qalbu dengan jalan dicabut oleh
Allah secara bertahap oleh sebab dosa yang diperbuat.
(3)
Amanah akan benar-benar lenyap dari seluruh manusia
hingga tidak ada manusia yang memegang amanah. Sampai-sampai ada beberapa
manusia yang diklaim amanah namun ternyata tidak iman di qalbunya. Hal ini
menunjukkan korelasi amanah dengan iman. Bahwa jika seseorang amanah, maka
imannya sempurna.
(4)
Amanah merupakan konsekuensi iman. Imannya berkurang
sejauh mana amanah berkurang dari qalbu.
(5) Muslim haruslah menampakkan
syiar-syiar Islam pada dirinya dalam rangka –salah satunya- menjaga amanah
dalam qalbunya.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id