Perhelatan Iman di Akhir Zaman


Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.



Iman adalah bekal terbesar dan paling mendasar bagi kita mengarungi kehidupan hari akhir yang tiada berakhir. Tiadanya iman dalam jiwa dan raga, pertanda sengsara sepanjang masa. Sebaliknya eksisnya iman, walau sebesar biji sayuran, yang hampir tak kelihatan, alamat selamat meski harus melarat hampir sekarat. Tapi harapan masih bisa digantungkan, setelah sebelumnya menjadi penghuni jahannam yang menghancurkan, tersiksa dengan ‘adzab yang pedihnya tidak terperikan.
Selama di dalam jiwa masih ada iman meski hanya seberat gandum yang pecah, atau bahkan sebesar seekor semut yang tidak seberapa, dan lisan pernah mengucapkan, “la ilaha illallah”, tiada tuhan yang benar kecuali Allah, walau abai dengan pengamalannya, niscaya Allah Yang Mahapemurah, akan mencurahkan rahmah, dan membukakan pintu surga-Nya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah menuturkan, “Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah, sekalipun di dalam qalbunya hanya terdapat kebaikan yang setara sebiji sya’ir (salah satu jenis gandum). Kemudian akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah, sekalipun di dalam qalbunya hanya terdapat kebaikan yang setara dengan satu biji gandum. Kemudian akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah, sekalipun di dalam qalbunya hanya terdapat kebaikan yang sama beratnya dengan berat seekor semut kecil.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Pengentasan ini merupakan syafa’at yang Allah khususkan untuk orang-orang yang masih mau menjaga iman di saat dunia telah meruntuhkan iman sebagian besar hamba yang masih bertahan dalam kegeraman dunia akhir zaman. Sebagai bentuk hadiah atas kegigihan mereka mempertahankan iman, Allah berikan kenikmatan yang melimpah ruah sepuluh kali lipat dari dunia seisinya, setelah diguyur dengan air kehidupan dari surga oleh para penghuni surga yang dipilih-Nya.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah menyebutkan, “Lantas diberikanlah syafa’at, sehingga keluarlah dari neraka setiap orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di dalam qalbunya terdapat kebaikan seberat biji jewawut. Mereka pun kemudian ditempatkan di pelataran surga, sedangkan para penghuni surga memerciki mereka dengan air sehingga mereka tumbuh laksana tumbuhnya bibit tumbuhan di tempat yang ditinggalkan oleh banjir; lenyaplah bekas pembakaran (oleh api neraka) dari tubuh mereka. Kemudian mereka meminta sesuatu (kepada Allah), diberikanlah kepadanya senilai dunia ini dan bahkan sepuluh kali lipatnya.” [HR. Muslim]
Betapa kasih sayangnya Allah kepada hamba-hamba-Nya. Sekalipun hamba-hamba-Nya sedikit bersyukur, lebih banyak kufur, seringkali mencela dan menghujat-Nya, dan cerca yang tiada pernah selain-Nya mampu bersabar terhadapnya, akan tetapi, sungguh Allah telah menciptakan seratus rahmat, satu untuk dunia seisinya termasuk penghuninya, sembilan puluh sembilan, Dia simpan untuk dicurahkan kepada seluruh hamba-Nya di akhirat.
Maka tidak heran, jika Allah masih menyelamatkan orang-orang yang di dunia pernah bersaksi bahwa hanya Dia satu-satunya tuhan yang benar dengan berkata, “la ilaha illallah”, dan pernah berbuat baik, meski hanya sebesar semut kecil, biji gandum, atau biji jewawut. Allah hargai kebaikan mereka, dengan kenikmatan yang tidak akan pernah bisa diperbandingkan. Sepuluh kali lipat dunia dan seluruh isinya. Karena Allah Mahakuasa dan Pemilik Segalanya. Mengantongi kebaikan yang sebegitu kecilnya saja beroleh nikmat begitu besar, apatah lagi bila kebaikan yang dibawa hingga nyawa tiada sebesar dunia seisinya?
Iman menjadi penentu keselamatan dan kebahagiaan akhirat, bahkan pula dunia. Orang yang imannya tidak terjaga, neraka siap menampungnya. Tapi siapa yang mempertahankan iman, surgalah tempat kembalinya. Beruntunglah dia. Iman juga menjadi petunjuk jalan bagi pemiliknya menjalani kehidupan fana. Bila iman terhadap hari akhir telah afkir, dia akan mangkir dari ibadah kepada Allah, Yang Mahaawal dan Yang Mahaakhir.
Apalagi di zaman gonjang-ganjingnya alam, di saat Al-Qur`an telah musnah, orang-orang shalih mati semua, tiada lagi Ka’bah karena dihancurkan oleh seorang hamba yang pongah, berjuluk Dzu As-Suwaiqatain dari Habasyah, Masjid pun hanya menjadi bangunan tua, Islam hanya tinggal nama, harta tidak berharga, sangat mungkin jika orang yang kehilangan iman lupa akan Allah dan kehidupan sebenarnya, lupa keharusan yang dipikulnya untuk bersiap-siap mengumpulkan bekal pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah pernah merepresentasikan huru-hara perhelatan iman di akhir zaman, “Kemudian fitnah Duhaima` yang tidak membiarkan ada seorang pun dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan, “Ia (fitnah Duhaima`) telah selesai.” Justru ia terus berlanjut. Di dalamnya seseorang paginya beriman, tapi sorenya sudah menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafiqkan, dan kemah kemunafiqkan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.” [Shahih Al-Jami’ no. 4194; Ash-Shahihah no. 974]
Duhaima` adalah tashghir (pengecilan) dari kata dahma`, yang berarti hitam, kelam, dan gelap. Fitnah ini akan merata menimpa seluruh umat yang masih ada. Meskipun manusia menyatakan bahwa fitnah tersebut telah berhenti, fitnah itu akan terus berlangsung, bahkan mencapai puncaknya, tatkala Dajjal datang membaca fitnah yang lebih besar lagi. Iman yang telah runtuh, akan hilang dan semakin hilang, jika sang pemiliknya tidak teguh pendirian, bila iman yang dimilikinya itu sama sekali belum melewati tenggorokannya, apalagi sampai menghujam dalam qalbu.
Karenanya, seluruh Nabi senantiasa memperingatkan dari fitnah Dajjal, sebab fitnahnya menyerang iman, hingga Nabi kita secara khusus memperingatkan untuk mempertahankan iman ketika menyebutkan perihal Dajjal, “Sesungguhnya ia akan keluar di Khullah, yaitu antara Syam dan Irak, lalu ia membuat onar ke kanan dan ke kiri. Oleh karena itu, wahai hamba Allah, tetapkanlah (iman) kalian...” [HR. Muslim]
Di lain kesempatan Rasulullah memberikan wejangan sangat berharga, terkait fitnah akhir zaman yang begitu merusakkan iman, “Segeralah kamu berbuat kebaikan sebelum terjadinya berbagai fitnah, bagaikan malam yang gelap. Yang pada saat itu seseorang yang beriman pada pagi hari akan dapat menjadi kafir pada sore harinya. Dan orang yang beriman pada sore hari dapat menjadi kafir pada pagi harinya. Selain itu, ia juga menjual agamanya dengan harta benda dunia.” [HR. Muslim]
Beramal shalihlah agar iman bertahan. Hadits ini menunjukkan bahwa amal shalih adalah penyubur dan stabilizer iman. Sungguh bodoh sekali segolongan firqah yang menafikan amal dari iman. Dikhawatirkan, mereka di akhir zaman akan kehilangan iman. Maka jangan pernah terkecoh indahnya igauan mereka, percayalah pada Rasulullah, jangan banyak menyelewengkan nash-nash, sebab itu adalah karakter bejat bangsa Yahudi. Ikutilah nasehat Rasul, jika ingin selamat di saat-saat perhelatan dahsyat antara iman dan nyawa. Bersegera beramal mulai sekarang, sebab itu akan meringankan kita, hati akan tidak merasa berat untuk beramal shalih ketika fitnah datang bertubi-tubi.
Seperti kata pepatah, “Tirulah, meski engkau tidak bisa seperti mereka, sebab meniru orang mulia saja sudah merupakan keberuntungan.” Maka, sudah sepantasnya kita berusaha untuk meniru Salman Al-Farisi, salah seorang shahabat Rasulullah yang oleh dikatakan oleh Rasulullah paling gigih meraih iman yang sempurna walau iman itu ada di sebuah bintang di angkasa, “Sekiranya iman itu berada pada bintang Tsuraya, niscaya beberapa orang dari golongan orang ini –bangsa Persia- akan mempu menggapainya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim] Dikomentari oleh Muhammad bin Khalifah Al-Mausytani Al-Ubay dalam Ikmalu Ikmalil Mu’allim 8/481, “Hadits ini menunjukkan kesungguhan mereka untuk menggapai iman.”
Mulai sekarang, tidak ada lagi waktu menunggu. Tak ada kebaikan dalam penundaan akan kesempurnaan iman. Bila sedari awal iman sudah tidak ada, maka nestapa berujung derita tiada tara yang akan menyambutnya. Iman di saat datangnya ayat-ayat Allah, yakni tegaknya kehancuran semesta, sesaat setelah sangkakala ditiup memekakkan seluruh jagad raya, adalah iman yang tidak ada artinya, tertolak, tidak diterima, sama sekali tidak memasukkan ke dalam Surga. 
Allah menegaskan, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu itu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, “Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).”.” [QS. Al-An’am: 158] 
Ya, kita harus berusaha keras mempertahankan iman dan menggapai kesempurnaannya, hingga akhir zaman. Agar selamat dunia akhirat. Allah telah menjanjikan pasti akan membimbing kita untuk mencapainya. “Dan orang-orang yang berusaha di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” [QS. Al-‘Ankabut: 69] Semoga! (Lamongan, 8 Shafar 1432)


Artikel ini sudah pernah dimuat di Majalah Islam Nasional Lentera Qobu.

Related

Quantum Fiqih 5809576133958312166

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item