Hari Akhir




Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.


Disebut hari akhir karena pada hari itu tidak ada hari lagi setelahnya, saat itu merupakan tahapan yang terakhir dalam perjalana hidup manusia. Manusia dalam hidupnya mengarungi lima tahapan kehidupan secara global, (1) Ketika manusia belum ada; (2) Ketika dalam perut ibu; (3) Ketika berada di dunia; (4) Ketika di alam barzakh; (5) Ketika berada di akhirat.
Keimanan yang benar  terhadap hari akhir –setidaknya- mencakup tiga hal pokok yaitu mengimani adanya hari kebangkitan (ba’ts), mengimani adanya hisaab (perhitungan) dan jazaa’ (balasan), serta mengimani tentang surga dan neraka. Termasuk juga keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala peristiwa yang akan terjadi setelah kematian seperti  fitnah qubur, ‘adzab qubur, dan nikmat qubur.


MENGIMANI ADANYA HARI KEBANGKITAN
Hari kebangkitan adalah hari dihidupkannya kembali orang yang sudah mati ketika ditiupkannya sangkakala yang kedua. Kemudian manusia akan berdiri menghadap Rabb semesta alam dalam keadaan telanjang tanpa alas kaki, telanjang tanpa pakaian, dan dalam keadaan tidak disunat. Allah Ta’ala berfirman, “Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran – lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” [QS. Al Anbiyaa’:104]



Hari kebangkitan merupakan kebenaran yang sudah pasti. Ditetapkan oleh Al Quran, As Sunnah dan Ijma’ (konsensus) kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman, “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” [QS. Al Mukminun:15-16]
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda : “Pada hari kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak disunat”[HR. Muslim 2859]

MENGIMANI ADANYA HARI PERHITUNGAN DAN PEMBALASAN
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” [QS. Al Ghasiyah:25-26] Allah juga berfirman,“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” [QS. Al Anbiyaa’:47]

MENGIMANI ADANYA SURGA DAN NERAKA
Keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan ‘adzab yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni’matan. dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka” [QS. Al Infithaar:13-14]

MENGIMANI FITNAH, ADZAB, DAN NIKMAT KUBUR
Dalil perkara ini sangat gamblang dan jelas. Allah Ta’ala menerangkannya di banyak tempat dalam Al Quran. Demikian pula penjabaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah ini sangat banyak dan mencapai derajat mutawatir. Allah Ta’ala berfirman, “…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” [QS. Al An’am: 93]
Adapun dalil tentang adanya siksa kubur adalah tentang kisah pertanyaan malaikat di alam kubur kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya. Allah Ta’ala lalu meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap, sehingga dengan kemantapannya ia menjawab, ”Rabbku adalah Allah, agamaku Islam, dan nabiku adalah Nabi Muhammad”. Sebaliknya Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim. Orang yang kafir hanya bisa menjawab, ”Hah…hah!Aku tidak tahu” sementara itu orang munafik atau orang yang ragu menjawab: “Aku tidak tahu. Aku dengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku ikut pula mengaatkannya”.


Sudah dimuat di majalah FITHRAH edisi Agustus 2014 secara panjang.


Related

Aqidah 5199429692346601425

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item