Haruskah Kita Tersesat?



Oleh Brilly El-Rasheed

Haruskah kita menjadi fasiq karena nikmat terlambat dan rizqi terhenti serta harga diri terlucuti? Syukur itu jangan menunggu kalau ada nikmat. Apa yang ada sesungguhnya lebih butuh kita syukuri. Bukankah itu juga nikmat? Tak perlu risau akan rizqi esok hari.
Haruskah kita memaki Allah gara-gara bencana alam yang sebetulnya adalah ulah kita yang tidak peduli alam dan kita tidak jaga alam dari para perusak?
Ketersesatan manusia sesungguhnya adalah karena ketertipuannya terhadap apa itu kebenaran dan apa itu kesalahan. Benar memang baik, salah memang buruk, akan tetapi standar benar dan salah itu sendiri berbeda-beda. Oleh karenanya manusia sering salah menetapkan standar kebenaran dan kesalahan, sehingga sebenarnya yang dilakukan adalah keburukan tapi merasa melakukan kebaikan. Ketertipuan ini terwujud melalui beberapa fase.
Pertama, memandang keburukan sebagai kebaikan karena syaithan telah menghiasi keburukan tersebut sehingga manusia memandangnya seperti sebagai kebaikan. [QS. Al-Hijr: 39]
Kedua, menamakan keburukan dengan nama-nama yang disukai. [QS. Thaha: 20]
Ketiga, menamakan kebaikan dengan nama-nama yang tidak disukai. [QS. Al-A’raf: 66, 90, Thaha: 63, Al-Furqan: 8]
Keempat, menasehatkan diri untuk  berbuat maksiat dengan dalih memancing ketaatan. [QS Al-A’raf: 21, 27]


Related

Aqidah 7759577188784406485

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item