Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Hadits adalah berita tentang segala
hal yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad. Hadits adalah sumber hukum kedua
dalam syariat Islam setelah Al-Qur`an. Hadits adalah penjelas Al-Qur`an. Tanpa
Hadits akan banyak ayat-ayat Al-Qur`an yang tidak dipahami oleh manusia sebab
sejatinya hadits adalah ucapan dan perbuatan Rasulullah, dan Rasulullah diutus
oleh Allah untuk menjelaskan Al-Qur`an kepada manusia.
Pada
masa Nabi masih hidup, ketika itu ayat-ayat Al-Qur`an masih turun sedikit demi
sedikit, Nabi seringkali mensyarah (menerangkan) atau mengomentari ayat-ayat
Al-Qur`an agar para shahabat paham dengan Al-Qur`an yang merupakan ucapan Allah.
Pada waktu itu, Nabi tidak mengizinkan para shahabat menulis apapun terkait
syariat Islam kecuali yang merupakan ayat-ayat Al-Qur`an.
Kala itu, para
shahabat hanya diperintahkan untuk fokus dan lebih concern mencatat, menghafal,
dan memahami Al-Qur`an. Para shahabat Nabi adalah orang-orang yang memiliki
hafalan kuat dan ingatan tajam. Sehingga kebanyakan mereka merasa cukup dengan
menghafal tanpa mencatat. Di samping itu Rasulullah pada waktu itu belum
mengizinkan mencatat hadits-hadits dari beliau.
Dari
Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah Muhammad berkata,
لَا تَكْتُبُوْا عَنَّيْ شَيْئًا إِلاَّ اْلقُرْآنَ فَمَنْ كَتَبَ
عَنِّيْ غَيْرَ اْلقُرْآنَ فَلْيَمْحُهُ وَحَدِّثُوْا عَنِّيْ وَلاَ حَرَجٌ وَمَنْ
كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Janganlah kalian menulis sedikitpun
dariku kecuali Al-Qur`an. Barangsiapa menulis dariku selain
Al-Qur`an, hendaknya dia menghapusnya. Dan ceritakanlah dariku, tidak mengapa.
Tapi barangsiapa sengaja berdusta atas namaku, hendaknya ia mempersiapkan
tempat duduk baginya di neraka.” [Shahih: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1861;
Shahih Al-Jami’ no. 7434]
Pada saat bersamaan, ada beberapa shahabat yang cerdas dan visioner. Mereka seolah menangkap makna
tersirat dari ucapan-ucapan Nabi bahwa akan datang suatu masa yang pada waktu
itu hadits-hadits Nabi dilupakan, diabaikan, dan tidak digunakan. Mereka yakin,
jika hadits-hadits Nabi tidak dicatat, akan banyak kerusakan di tubuh umat Nabi
Muhammad.
Mereka berinisiatif
menulis hadits-hadits Nabi, dan mereka simpan baik-baik. Di antara mereka
adalah ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Abdullah bin
Mas’ud, Samurah bin Jundub, dan lainnya. Ada beberapa yang mendapat izin resmi
dari Rasulullah di antaranya Abu Syah Al-Yamani dan Anas bin Malik.
Akan tetapi, Nabi
melarang menulis hadits-hadits dari beliau itu bukan berarti Nabi tidak peka
dengan watak mayoritas manusia yang bersifat sekuler. Nabi melarang itu karena
Nabi telah diberi ilham oleh Allah bahwa belum saatnya hadits-hadits dari
beliau ditulis. Juga, ditakutkan bercampur aduknya ayat-ayat Al-Qur`an dengan
ucapan-ucapan Nabi Muhammad, dimana pada saat itu para shahabat sedang mencatat
ayat-ayat Al-Qur`an, tapi juga mereka mendengarkan penjelasan dari Nabi tentang
Al-Qur`an.
Dimulainya Penulisan Hadits
Kondisi
tersebut terus berlangsung, hingga suatu ketika Rasulullah merasa sudah saatnya
diperbolehkan mencatat hadits-hadits dari beliau secara massal oleh para
shahabat, yang sebelumnya Nabi hanya memberikan izin kepada beberapa shahabat
beliau. Faktor yang
ditakutkan, yaitu bercampur aduknya firman-firman Allah dengan ucapan-ucapan
beliau, sudah tidak ada. Maka pada saat itu Rasulullah
memerintahkan para shahabat beliau untuk mencatat hadits-hadits dari
beliau.
Dikisahkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, “Aku biasa menulis segala
sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah karena aku ingin menghafalnya. Maka
orang-orang Quraisy melarangku dengan mengatakan, “Jangan engkau tulis segala
sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah karena Rasulullah itu manusia biasa,
bisa berucap dalam keadaan marah maupun senang.” Aku pun berhenti menulis apa
yang kudengar. Lalu kuceritakan hal itu kepada beliau. Beliau memberi isyarat
dengan jari beliau ke mulut beliau seraya berkata, “Tulislah
(hadits-hadits dariku). Demi yang diriku berada di tangan-Nya,
tidaklah keluar dari lisanku kecuali kebenaran.” [Shahih: Shahih Sunan
Abu Dawud no. 3646. Shahih
Al-Jami’ no. 1196; Ash-Shahihah no. 1532] Di lain kesempatan, Nabi memerintahkan, “Ikatlah ilmu dengan menulisnya.”
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 4434; Ash-Shahihah no. 2026] Rasulullah pernah pula memerintahkan
Abu Hurairah menulis khuthbah yang beliau sampaikan untuk
diberikan kepada Abu Syah dari Yaman, “Tuliskanlah (khutbah) untuk Abu Syah
ini.” [Shahih: Shahih
Sunan Abu Dawud no. 3649]
Waktu terus berjalan, para shahabat menulis hadits-hadits dari Nabi, baik
dari hafalan mereka, atau dari kabar shahabat yang lain, atau langsung dari Rasulullah
sewaktu beliau masih hidup. Tatkala Rasulullah telah wafat, hadits-hadits
beliau masih bertebaran belum terkodifikasi secara utuh. Para shahabat
menyebarkannya lewat kajian-kajian yang mereka adakan, juga lewat pertemuan dan
perkumpulan.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, para shahabat sepakat untuk
mengkodifikasi ayat-ayat Al-Qur`an dalam satu buku (mushhaf), setelah
sebelumnya melalui proses diskusi panjang tentang hukum mengkodifikasi
Al-Qur`an, dimana pada masa Rasulullah masih hidup, Rasulullah tidak pernah
memerintahkannya, tidak juga tersirat perintah itu secara implicit dalam
hadits-hadits beliau. Hadits-hadits
Nabi masih belum terkodifikasi.
Kemudian
kekhalifahan dijabat oleh ‘Umar bin Al-Khaththab. Al-Baihaqi meriwayatkan dalam
Al-Madkhal, dari ‘Urwah bin Az-Zubair, bahwa ‘Umar bin Al-Khaththab ingin
menulis sebuah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits mengenai hukum (selain
‘aqidah). Kemudian beliau meminta nasehat kepada para shahabat
lainnya. Mereka pun memberi masukan supaya beliau menulis sebuah kitab khusus.
'Umar lantas melakukan shalat istikharah memohon petunjuk kepada Allah,
selama satu bulan. Keesokan harinya, dengan mantap ’Umar berkata, ”Sebenarnya
aku ingin menulis kitab kumpulan hadits. Namun, aku ingat kepada sebuah kaum
sebelum kalian yang menulis kitab-kitab, kemudian mereka lebih memperhatikan
kitab-kitabnya itu dan meninggalkan Kitab Allah. Demi Allah aku tidak ingin
mencampur Kitab Allah dengan sesuatupun selama-lamanya.”
Sang Pelopor Kodifikator
‘Umar bin
Al-Khaththab yang mengurungkan niat mulianya itu menjadikan hadits-hadits Nabi belum juga terkodifikasi. Kondisi ini terus
berjalan, hingga ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz memegang kekhalifahan. Beliau khawatir
jika hadits-hadits Nabi akan hilang ditelan zaman, karena wafatnya para ulama
pencatat hadits dan pengemban amanah Tuhan.
Beliaupun menulis
surat kepada qadhi Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm, “Lihatlah
hadits-hadits Nabi, lalu tulislah. Sungguh aku khawatir jika ilmu dan ulama
akan sirna. Jangan kamu terima kecuali hadits Rasulullah. Kemudian sebarkanlah
ilmu dan duduklah di majelis agar orang yang tidak tahu menjadi tahu.
Sesungguhnya ilmu itu tidak akan sirna hingga ilmu itu tersembunyi.”
Beliau juga menulis
surat yang sama ke seluruh negeri kaum muslimin kemudian memerintahkan Muhammad
bin Syihab Az-Zuhri Al-Madini supaya menyusun kitab hadits. Dan beliaulah orang
yang pertama kali menyusun kitab hadits secara komprehensif. Ini
terjadi pada penghujung abad pertama hijriyyah. Setelah itu, pada pertengahan
abad kedua hijriyyah, para ulama dari kalangan tabi’in banyak yang mengikuti
jejak Az-Zuhri dalam menyusun kitab hadits, di antaranya ’Abdul Malik bin
Juraij, ’Abdullah bin Al-Mubarak, Malik bin Anas, dan lainnya.
Kondisi ini terus berjalan hingga datang generasi setelah Atba’ Tabi’
At-Tabi’in. Pada generasi inilah kodifikasi hadits dilakukan lebih komprehensif dan
besar-besaran. Para ulama menulis kitab-kitab hadits dengan berbagai
corak mulai dari musnad, mushannaf, shahih, jami’,
sunan, mustadrak, hingga mustakhraj. Masing-masing kitab
hadits ini memiliki nilai yang membedakan dengan lainnya, sehingga di kalangan
para ulama ada semacam kategorisasi dan hirarki.
Kebanyakan dari kitab-kitab hadits tidak
luput dari keberadaan hadits-hadits dha’if. Maka
bangkitlah para ulama ahli hadits untuk
melakukan verifikasi memilah hadits-hadits yang shahih dari yang dha’if,
munkar, dan maudhu’, agar hadits-hadits Nabi tidak terkotori dengan kedustaan, dan
Islam pun tidak rancu atau samar akibat hadits-hadits yang tidak shahih.
Mereka semua ini, nampaknya termotivasi oleh sebuah hadits dari Rasulullah, “Semoga Allah mencerahkan wajah seorang yang
mendengar perkataanku (dalam riwayat lain: mendengar hadits dari kami, lalu
menjaganya) lalu dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengar.” [Mutawatir: Shahih Al-Jami’ no. 6763-6766]
Pesan buku Pengantar Studi Fikih Islam di 081515526665. Diskon 30 %.
(Lamongan, 14 Shafar
1432)
Artikel brillyelrasheed.blogspot.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com
Artikel ini sudah pernah dimuat di Majalah Islam Nasional Ar-Risalah (www.arrisalah.net).
Ikuti channel telegram.me/manajemenqalbu
Gabung Grup Whatsapp Islamia 082140888638
Follow brillyelrasheed561.wordpress.com
Gabung facebook.com/groups/grupislamia
Klik juga quantumfiqih.wordpress.com
Bersosial entrepreneurship di www.sbycorporation.com
Dapatkan buku-buku Islami inspiratif-motivatif-kontemplatif karya Brilly El-Rasheed, S.Pd.: (1) Golden Manners Rp 60.000,-; (2) Mendekat Kepada Allah Rp 38.000,-; (3) Kutunggu di Telaga Rp 40.000,-; (4) Quantum Iman Rp 62.000,-; (5) Benteng Umat Islam Rp 42.000,-; (6) Maksiat dalam Taubat Rp 39.000,-; (7) Titisan Ahli Surga Rp 35.000,-; (8) Menepi dari Dunia Rp 55.000,-; (9) Jangan Rp 44.000,-; melalui kontak masing-masing penerbit atau melalui Brilly Online Bookstore (BOOST) di 08155241991.
Mobil Indonesia, Honda HRV, Honda Brio, Honda Mobilio, Honda Jazz, Honda City, Honda Civic, Honda Freed, Honda CRV, Honda Accord, Honda Odyssey, Honda CRZ, Honda BRV, Suzuki APV, Suzuki Ertiga, Suzuki Grand Vitara, Suzuki Karimun, Suzuki Swift, Suzuki Spalsh, Suzuki SX4, Toyota Camry, Toyota Vios, Toyota Corolla Altis, Toyota Prius, Toyota Yaris, Toyota Etios Valco, Toyota Agya, Toyota NAV, Toyota Alphard, Toyota Kijang Innova, Toyota Avanza, Toyota Avanza Veloz, Toyota Fortuner, Toyota Land Cruiser, Toyota Rush, Toyota RAV4, Toyota Dyna, Toyota Hiace, Toyota Hilux,
Perusahaan Otomotif Indonesia, Astra, Daihatsu, Isuzu, Suzuki, Mitsubishi, Honda, Yamaha, Piaggio, Toyota, Hino, Hyundai, Nissan, AMT, Kawasaki, Aspira, Vespa, Trucks, Chevrolet, Ford, Proton, Peugeot, Kia, Krama Yudha Tiga Berlian, Honda, Gaya,
Perusahaan Motor Indonesia, Helroad, Kanzen, Viar, Astra Honda, Yamaha, Suzuki, Kaisar, Kawasaki, Minerva, Cleveland, Piaggio, Triumph, BMW, Hero, Vespa, Viva, TVS, Harley Davidson, Happy, Gazgas, Betrix, Bajaj, Benelli, KTM, Ducati, Kymco Benson, Jialing, Dayang, Agusta MV, Hyosung, Husqvarna,
Perguruan Tinggi Islam Negeri, Universitas Islam Madinah, Universitas Islam Indonesia, Universitas Al-Azhar Kairo, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Paramadina, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Muhammadiyah, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Sains Al-Qur`an, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Islam Negeri Alauddin, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Islam Negeri Walisongo, IAIN Ambon, IAIN Antasari, IAIN Bengkulu, IAIN Datokarama, IAIN Imam Bonjol, IAIN Mataram, IAIN Padangsidempuan, IAIN Palopo, IAIN Pontianak, IAIN Purwokerto, IAIN Raden Intan, IAIN Salatiga, IAIN Samarinda, IAIN Sultan Amai, IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, IAIN Sultan Thaha Saifuddin, IAIN Surakarta, IAIN Syekh Nurjati, IAIN Ternate, IAIN Tulungagung, IAIN Bukittinggi, IAIN Jember, IAIN Sultan Qaimuddin, IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, IAIN Palangkaraya, Institut Ilmu Al-Qur`an, STAIN Al-Fatah, STAIN Batusangkar, STAIN Curup, STAIN Gajah Putih, STAIN Jurai Siwo, STAIN Kediri, STAIN Kerinci, STAIN Kudus, STAIN Malikussaleh, STAIN Manado, STAIN Pamekasan, STAIN Parepare, STAIN Pekalongan, STAIN Ponorogo, STAIN Sorong, STAIN Syekh Abdurrahman Sidik, STAIN Syekh M. Djamil Djambek, STAIN Watampone, STAIN Meulaboh Aceh Barat.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id