Perhelatan Iman di Akhir Zaman
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2012/05/perhelatan-iman-di-akhir-zaman.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Selama di dalam jiwa masih ada iman meski hanya seberat gandum yang pecah, atau bahkan sebesar seekor semut yang tidak seberapa, dan lisan pernah mengucapkan, “la ilaha illallah”, tiada tuhan yang benar kecuali Allah, walau abai dengan pengamalannya, niscaya Allah Yang Mahapemurah, akan mencurahkan rahmah, dan membukakan pintu surga-Nya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah
menuturkan, “Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha
illallah, sekalipun di dalam qalbunya hanya terdapat kebaikan yang setara
sebiji sya’ir (salah satu jenis gandum). Kemudian akan dikeluarkan dari neraka
orang yang mengucapkan la ilaha illallah, sekalipun di dalam qalbunya
hanya terdapat kebaikan yang setara dengan satu biji gandum. Kemudian akan
dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah, sekalipun
di dalam qalbunya hanya terdapat kebaikan yang sama beratnya dengan berat
seekor semut kecil.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Pengentasan ini merupakan syafa’at
yang Allah khususkan untuk orang-orang yang masih mau menjaga iman di saat dunia
telah meruntuhkan iman sebagian besar hamba yang masih bertahan dalam kegeraman
dunia akhir zaman. Sebagai bentuk hadiah atas kegigihan mereka mempertahankan
iman, Allah berikan kenikmatan yang melimpah ruah sepuluh kali lipat dari dunia
seisinya, setelah diguyur dengan air kehidupan dari surga oleh para penghuni
surga yang dipilih-Nya.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah
menyebutkan, “Lantas diberikanlah syafa’at, sehingga keluarlah dari neraka
setiap orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di dalam qalbunya
terdapat kebaikan seberat biji jewawut. Mereka pun kemudian ditempatkan di
pelataran surga, sedangkan para penghuni surga memerciki mereka dengan air
sehingga mereka tumbuh laksana tumbuhnya bibit tumbuhan di tempat yang
ditinggalkan oleh banjir; lenyaplah bekas pembakaran (oleh api neraka) dari
tubuh mereka. Kemudian mereka meminta sesuatu (kepada Allah), diberikanlah
kepadanya senilai dunia ini dan bahkan sepuluh kali lipatnya.” [HR. Muslim]
Betapa kasih sayangnya Allah kepada
hamba-hamba-Nya. Sekalipun hamba-hamba-Nya sedikit bersyukur, lebih banyak
kufur, seringkali mencela dan menghujat-Nya, dan cerca yang tiada pernah
selain-Nya mampu bersabar terhadapnya, akan tetapi, sungguh Allah telah
menciptakan seratus rahmat, satu untuk dunia seisinya termasuk penghuninya,
sembilan puluh sembilan, Dia simpan untuk dicurahkan kepada seluruh hamba-Nya
di akhirat.
Maka tidak heran, jika Allah masih menyelamatkan orang-orang yang di dunia pernah bersaksi bahwa hanya Dia satu-satunya tuhan yang benar dengan berkata, “la ilaha illallah”, dan pernah berbuat baik, meski hanya sebesar semut kecil, biji gandum, atau biji jewawut. Allah hargai kebaikan mereka, dengan kenikmatan yang tidak akan pernah bisa diperbandingkan. Sepuluh kali lipat dunia dan seluruh isinya. Karena Allah Mahakuasa dan Pemilik Segalanya. Mengantongi kebaikan yang sebegitu kecilnya saja beroleh nikmat begitu besar, apatah lagi bila kebaikan yang dibawa hingga nyawa tiada sebesar dunia seisinya?
Maka tidak heran, jika Allah masih menyelamatkan orang-orang yang di dunia pernah bersaksi bahwa hanya Dia satu-satunya tuhan yang benar dengan berkata, “la ilaha illallah”, dan pernah berbuat baik, meski hanya sebesar semut kecil, biji gandum, atau biji jewawut. Allah hargai kebaikan mereka, dengan kenikmatan yang tidak akan pernah bisa diperbandingkan. Sepuluh kali lipat dunia dan seluruh isinya. Karena Allah Mahakuasa dan Pemilik Segalanya. Mengantongi kebaikan yang sebegitu kecilnya saja beroleh nikmat begitu besar, apatah lagi bila kebaikan yang dibawa hingga nyawa tiada sebesar dunia seisinya?
Iman menjadi penentu
keselamatan dan kebahagiaan akhirat, bahkan pula dunia. Orang yang imannya
tidak terjaga, neraka siap menampungnya. Tapi siapa yang mempertahankan iman,
surgalah tempat kembalinya. Beruntunglah dia. Iman juga menjadi petunjuk jalan
bagi pemiliknya menjalani kehidupan fana. Bila iman terhadap hari akhir telah
afkir, dia akan mangkir dari ibadah kepada Allah, Yang Mahaawal dan Yang
Mahaakhir.
Apalagi di zaman gonjang-ganjingnya alam, di saat Al-Qur`an telah musnah, orang-orang shalih mati semua, tiada lagi Ka’bah karena dihancurkan oleh seorang hamba yang pongah, berjuluk Dzu As-Suwaiqatain dari Habasyah, Masjid pun hanya menjadi bangunan tua, Islam hanya tinggal nama, harta tidak berharga, sangat mungkin jika orang yang kehilangan iman lupa akan Allah dan kehidupan sebenarnya, lupa keharusan yang dipikulnya untuk bersiap-siap mengumpulkan bekal pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah pernah merepresentasikan huru-hara perhelatan iman di akhir zaman, “Kemudian fitnah Duhaima` yang tidak membiarkan ada seorang pun dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan, “Ia (fitnah Duhaima`) telah selesai.” Justru ia terus berlanjut. Di dalamnya seseorang paginya beriman, tapi sorenya sudah menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafiqkan, dan kemah kemunafiqkan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.” [Shahih Al-Jami’ no. 4194; Ash-Shahihah no. 974]
Apalagi di zaman gonjang-ganjingnya alam, di saat Al-Qur`an telah musnah, orang-orang shalih mati semua, tiada lagi Ka’bah karena dihancurkan oleh seorang hamba yang pongah, berjuluk Dzu As-Suwaiqatain dari Habasyah, Masjid pun hanya menjadi bangunan tua, Islam hanya tinggal nama, harta tidak berharga, sangat mungkin jika orang yang kehilangan iman lupa akan Allah dan kehidupan sebenarnya, lupa keharusan yang dipikulnya untuk bersiap-siap mengumpulkan bekal pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah pernah merepresentasikan huru-hara perhelatan iman di akhir zaman, “Kemudian fitnah Duhaima` yang tidak membiarkan ada seorang pun dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan, “Ia (fitnah Duhaima`) telah selesai.” Justru ia terus berlanjut. Di dalamnya seseorang paginya beriman, tapi sorenya sudah menjadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafiqkan, dan kemah kemunafiqkan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.” [Shahih Al-Jami’ no. 4194; Ash-Shahihah no. 974]
Duhaima` adalah tashghir
(pengecilan) dari kata dahma`, yang berarti hitam, kelam, dan gelap. Fitnah ini
akan merata menimpa seluruh umat yang masih ada. Meskipun manusia menyatakan
bahwa fitnah tersebut telah berhenti, fitnah itu akan terus berlangsung, bahkan
mencapai puncaknya, tatkala Dajjal datang membaca fitnah yang lebih besar lagi.
Iman yang telah runtuh, akan hilang dan semakin hilang, jika sang pemiliknya
tidak teguh pendirian, bila iman yang dimilikinya itu sama sekali belum
melewati tenggorokannya, apalagi sampai menghujam dalam qalbu.
Karenanya, seluruh Nabi senantiasa
memperingatkan dari fitnah Dajjal, sebab fitnahnya menyerang iman, hingga Nabi
kita secara khusus memperingatkan untuk mempertahankan iman ketika menyebutkan
perihal Dajjal, “Sesungguhnya ia akan keluar di Khullah, yaitu antara Syam dan
Irak, lalu ia membuat onar ke kanan dan ke kiri. Oleh karena itu, wahai hamba
Allah, tetapkanlah (iman) kalian...” [HR. Muslim]
Di lain kesempatan Rasulullah
memberikan wejangan sangat berharga, terkait fitnah akhir zaman yang begitu
merusakkan iman, “Segeralah kamu berbuat kebaikan
sebelum terjadinya berbagai fitnah, bagaikan malam yang gelap. Yang pada saat itu
seseorang yang beriman pada pagi hari akan dapat menjadi kafir pada sore
harinya. Dan orang yang beriman pada sore hari dapat menjadi kafir pada pagi
harinya. Selain itu, ia juga menjual agamanya dengan harta benda dunia.” [HR. Muslim]
Beramal shalihlah agar iman bertahan.
Hadits ini menunjukkan bahwa amal shalih adalah penyubur dan stabilizer
iman. Sungguh bodoh sekali segolongan firqah yang menafikan amal dari iman.
Dikhawatirkan, mereka di akhir zaman akan kehilangan iman. Maka jangan pernah
terkecoh indahnya igauan mereka, percayalah pada Rasulullah, jangan banyak
menyelewengkan nash-nash, sebab itu adalah karakter bejat bangsa Yahudi.
Ikutilah nasehat Rasul, jika ingin selamat di saat-saat perhelatan dahsyat
antara iman dan nyawa. Bersegera beramal mulai sekarang, sebab itu akan
meringankan kita, hati akan tidak merasa berat untuk beramal shalih ketika
fitnah datang bertubi-tubi.
Seperti kata
pepatah, “Tirulah, meski engkau tidak bisa seperti mereka, sebab meniru orang
mulia saja sudah merupakan keberuntungan.” Maka, sudah sepantasnya kita
berusaha untuk meniru Salman Al-Farisi, salah seorang shahabat Rasulullah yang
oleh dikatakan oleh Rasulullah paling gigih meraih iman yang sempurna walau
iman itu ada di sebuah bintang di angkasa, “Sekiranya iman itu berada pada
bintang Tsuraya, niscaya beberapa orang dari golongan orang ini –bangsa Persia-
akan mempu menggapainya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim] Dikomentari oleh Muhammad
bin Khalifah Al-Mausytani Al-Ubay dalam Ikmalu Ikmalil Mu’allim 8/481, “Hadits
ini menunjukkan kesungguhan mereka untuk menggapai iman.”
Mulai sekarang, tidak ada lagi waktu menunggu. Tak ada kebaikan dalam penundaan akan kesempurnaan iman. Bila sedari awal iman sudah tidak ada, maka nestapa berujung derita tiada tara yang akan menyambutnya. Iman di saat datangnya ayat-ayat Allah, yakni tegaknya kehancuran semesta, sesaat setelah sangkakala ditiup memekakkan seluruh jagad raya, adalah iman yang tidak ada artinya, tertolak, tidak diterima, sama sekali tidak memasukkan ke dalam Surga.
Allah menegaskan, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu itu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, “Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).”.” [QS. Al-An’am: 158]
Mulai sekarang, tidak ada lagi waktu menunggu. Tak ada kebaikan dalam penundaan akan kesempurnaan iman. Bila sedari awal iman sudah tidak ada, maka nestapa berujung derita tiada tara yang akan menyambutnya. Iman di saat datangnya ayat-ayat Allah, yakni tegaknya kehancuran semesta, sesaat setelah sangkakala ditiup memekakkan seluruh jagad raya, adalah iman yang tidak ada artinya, tertolak, tidak diterima, sama sekali tidak memasukkan ke dalam Surga.
Allah menegaskan, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu itu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, “Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).”.” [QS. Al-An’am: 158]
Ya, kita harus
berusaha keras mempertahankan iman dan menggapai kesempurnaannya, hingga akhir
zaman. Agar selamat dunia akhirat. Allah telah menjanjikan pasti akan
membimbing kita untuk mencapainya. “Dan orang-orang yang berusaha di jalan
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” [QS.
Al-‘Ankabut: 69] Semoga!
(Lamongan,
8 Shafar 1432)
Artikel brillyelrasheed.blogspot.com
Artikel ini sudah pernah dimuat di Majalah Islam Nasional Lentera Qobu.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id