Benar, Kehilangan Orang Tercinta Bisa Picu Depresi
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/10/benar-kehilangan-orang-tercinta-bisa.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Dari
Abu Musa Al-Asy’ari ‘Abdullah bin Qais, Rasulullah berkata, “Jika anak seseorang meninggal, Allah Ta'ala berkata
kepada para malaikat, “Kalian mencabut nyawa anak hambaKu?” Para malaikat menjawab, ”Ya.” Allah berkata, ”Kalian
menyumbat ujung hatinya?” Para malaikat menjawab, ”Ya.” Allah bertanya,
"Lantas apa yang dikatakan hambaKu?” Para malaikat menjawab, ”Dia memuji
Engkau dan mengucapkan kalimat istirja”.” Allah kemudian memerintahkan,
”Bangunlah untuk hambaKu ini rumah di dalam surga dan namailah dengan bait al-hamd
(rumah yang penuh pujian).” [Ash-Shahihah no. 1408; Shahih
At-Targhib wa At-Tarhib no. 2012]
Benar adanya bahwa kehilangan sosok
yang disayang dan dicintai secara tiba-tiba memang menjadi suatu pukulan berat
dan bahkan bisa memicu seseorang mengalami depresi hingga gangguan mental,
menurut survey yang dilansir dari news.health.com, bahkan
jika orang tersebut tidak pernah memiliki riwayat kondisi gangguan psikologis
sekali pun.
Meski memang para ahli mengatakan
bahwa orang yang mengalami hal tersebut mungkin jarang mengembangkan suatu
bentuk penyakit mental di kemudian hari, namun peneliti menemukan bahwa ada
hubungannya antara kesedihan yang mendalam tersebut dengan kejadian ditinggal
meninggal orang yang disayang secara tiba-tiba.
Kejadian tersebut bisa sangat
mengguncang dan pada akhirnya penderita mengalami gangguan psikologis seperti
stres pasca-trauma dan depresi karena mereka masih shock dan tidak percaya.
Bahkan diungkapkan bahwa ketika seseorang ditinggal mati seseorang yang
dicintai, maka akan timbul efek yang mendalam pada seseorang bahkan jika mereka
adalah orang dewasa yang rasional dan tidak memiliki sejarah mengalami gangguan
psikologis sama sekali.
Sebuah penelitian menunjukkan survey
yang mengakui bahwa mengalami kejadian ditinggalkan mati orang yang mereka
cintai adalah suatu momen paling traumatis seumur hidup. Hal ini tidak terbatas
pada umur, jenis kelamin, pendidikan, ras, status perkawinan dan bahkan
pendapatan.
Jadi, ketika seseorang mengalami hal
semacam ini, cara terbaik untuk menjaga mereka tetap kuat adalah menemaninya
dan memberikan dukungan yang diperlukan orang tersebut.
Sungguh sangat tepat kenapa Allah
menjanjikan ‘rumah pujian’ di surga untuk orang-orang yang sabar ketika
kehilangan orang yang dicintainya, karena sangat berat penderitaan
psikologisnya di dunia. Dengan dijanjikan demikian, orang yang beriman
kepadaNya akan bisa tegar dan fokusnya tidak lagi kepada orang yang dicintainya
yang sudah meninggal dunia tersebut melainkan fokus pikirannya adalah kepada
nikmat yang Allah janjikan yaitu ‘rumah pujian’ di surga.
Jangan berpikir konyol dengan
menggambarkan ‘rumah pujian’ adalah rumah sederhana yang di atas daun pintunya
terdapat tulisan ‘pujian’. Itu pemikiran konyol yang harus dienyahkan. Tidak
boleh berpikiran seperti itu karena ini masalah surga. Surga adalah tempat yang
tidak memiliki cacat dan keburukan sedikitpun.
Anda pernah melihat rumah megah nan
mewah bernilai trilyunan riyal? Apa yang Anda katakan pertama kali ketika
melihat rumah yang selalu diistilahkan dengan istana tersebut? Ya, pasti Anda
akan berdecak kagum dan mengatakan ‘Wah, subhanallah, bagus sekali, tidak ada
rumah yang sehebat ini... bla... bla... blaa...’ Anda akan mengatakan apa saja
untuk meluapkan ketakjuban Anda. Demikianlah yang disebut rumah pujian.
Mampir ya ke majalahtauhidullah.blogspot.com dan cafeilmubrilly.blogspot.com serta sby-corporation.blogspot.com dan juga www.quantumfiqih.com.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id