Salam Oplosan (Mixture Greeting)
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/10/salam-oplosan.html
Kita masih ingat saat kemarin di gedung perwakilan
rakyat, seorang penguasa yang baru dilantik dan memberikan pidato perdananya.
Ia membuka pidatonya dan menyampaikan salam menurut 4 agama: Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera untuk kita semua, Om
Swastiastu, Namo Buddhaya.
Tindakan pejabat tinggi Indonesia dalam mengucapkan
salam dalam berbagai versi agama itu sudah seringkali terdengar. Bagi kaum
Hindu, “Om Swastyastu” memang ucapan ibadah dalam agama Hindu.
Dr. Adian Husaini, dalam Catatan Akhir Pekan-nya di Hidayatullah Online, 12 November 2012, menyebutkan bahwa Seorang Hindu menjelaskan tentang makna Om Swastyastu sebagai berikut:
Dr. Adian Husaini, dalam Catatan Akhir Pekan-nya di Hidayatullah Online, 12 November 2012, menyebutkan bahwa Seorang Hindu menjelaskan tentang makna Om Swastyastu sebagai berikut:
“Salam Om Swastyastu yang ditampilkan dalam bahasa
Sansekerta dipadukan dari tiga kata yaitu: Om, swasti dan astu. Istilah Om ini
merupakan istilah sakral sebagai sebutan atau seruan pada Tuhan Yang Mahaesa.
Om adalah seruan yang tertua kepada Tuhan dalam Hindu. Setelah zaman Puranalah
Tuhan Yang Mahaesa itu diseru dengan ribuan nama. Kata Om sebagai seruan suci
kepada Tuhan yang memiliki tiga fungsi kemahakuasaan Tuhan. Tiga fungsi itu
adalah, mencipta, memelihara dan mengakhiri segala ciptaan-Nya di alam ini.
Mengucapkan Om itu artinya seruan untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada
Tuhan. Dalam Bhagawad Gita kata Om ini dinyatakan sebagai simbol untuk
memanjatkan doa pada Tuhan. Karena itu mengucapkan Om dengan sepenuh hati
berarti kita memanjatkan doa pada Tuhan yang artinya ya Tuhan.
Setelah mengucapkan Om dilanjutkan dengan kata swasti.
Dalam bahasa Sansekerta kata swasti artinya selamat atau bahagia, sejahtera.
Dari kata inilah muncul istilah swastika, simbol agama Hindu yang universal.
Kata swastika itu bermakna sebagai keadaan yang bahagia atau keselamatan yang
langgeng sebagai tujuan beragama Hindu. Lambang swastika itu sebagai
visualisasi dari dinamika kehidupan alam semesta yang memberikan kebahagiaan
yang langgeng.” (http://www.mail-archive.com/hindu-dharma@itb.ac.id/msg07018.html).
Itulah penjelasan Hindu tentang ucapan salam khas
Hindu, “Om Swastyastu”. Dari penjelasan itu tampak, bahwa ungkapan salam Hindu
itu sangat terkait erat dengan konsep Tuhan dan sembahyang dalam agama Hindu.
Jadi, kata “Om” dalam agama Hindu berarti “Ya Tuhan”.
Dalam buku kecil berjudul “Sembahyang, Tuntunan Bagi
Umat Hindu” karya Jro Mangku I Wayan Sumerta (Denpasar: CV Dharma Duta, 2007),
disebutkan sejumlah contoh doa dalam agama Hindu yang diawali dengan kata “Om”,
seperti doa sebelum mandi: “OM, gangga di gangga prama gangga suke ya namah
swaha”.
Meskipun sama-sama menyatakan bertuhan SATU,
agama-agama memiliki konsep Tuhan yang berbeda-beda tentang “Yang Satu” itu.
Kaum Hindu, misalnya, mempunyai konsep dan juga sebutan-sebutan untuk Tuhan
mereka secara khas. Dalam buku karya Ngakan Made Madrasuta berjudul “Tuhan,
Agama dan Negara” (Media Hindu, 2010), dijelaskan perbedaan konsep Tuhan antara
Hindu, Kristen, Yahudi, dan Islam. Tentu saja penjelasan itu dalam perspektif
Hindu. Menurut penulis buku ini, Tuhan dalam agama Hindu, yakni Sang Hyang
Widhi tidak dapat disebut “Allah”. Disimpulkan oleh penulis buku ini:
“Membangun toleransi bukan dengan mencampuradukkan
pemahaman tentang Tuhan, tetapi sebaliknya justru dengan mengakui perbedaan
itu. Dalam pengertian ini, Krishna bukan Kristus, Sang Hyang Widhi bukan
Allah!” (hal. 33).
Misalnya, tentang perbedaan antara Kristus dan Krishna
dijelaskan:
“Ingat Hindu tidak percaya akan dosa asal, tidak percaya
dengan Adam dan Hawa, dan Krishna juga tidak mati di kayu salib. Krishna datang
ke dunia sebagai Avatara, bukan untuk menebus dosa, tetapi untuk menegaskan
kembali jalan menuju moksha (empat yoga itu) terutama karma yoga. Jadi manusia
sendiri harus aktif untuk memperoleh keselamatannya. Tidak perlu akal yang
terlalu kritis untuk membedakan misi keberadaan Kristus dengan Krishna di dunia
ini.” (hal. 31).
Kaum Hindu juga sangat membanggakan konsep Tuhan
mereka yang bersifat pantheistik dan bukan monotheistik. Lebih jauh buku
terbitan Media Hindu ini menyatakan:
“Monotheisme mengajarkan kebencian dan kekerasan,
memecah belah manusia ke dalam apartheid orang beriman versus orang kafir.
Tuhan pemecah belah. Pantheisme mengajarkan hal-hal sebaliknya; penghormatan
terhadap seluruh makhluk hidup, semua manusia adalah satu keluarga, ahimsa,
welas asih, Tuhan pemersatu.” (hal. 214).
Untuk membanggakan agama Hindu sebagai agama yang
lebih hebat dari agama Yahudi, Kristen, dan Islam, buku ini juga memberikan
gambaran yang tidak sepenuhnya benar tentang ajaran Islam. Dalam bab berjudul
“Agama-agama Langit Kualitasnya Jauh di Bawah Hindu” ditulis ungkapan-ungkapan
sebagai berikut:
“Hakikat manusia adalah dosa (Yahudi/Kristen) atau
budak Allah (Islam). Artinya agama-agama ini memandang manusia secara sangat
negatif. Untuk membuat manusia tetap percaya kepada Tuhan dan agennya dan taat
beribadah, ia terus diancam dengan kiamat, siksa neraka bahkan termasuk
pembunuhan di dunia ini. Di samping itu, agar manusia terus memerlukan Tuhan,
Tuhan menciptakan dan memelihara setan untuk menggoda manusia.
Sebagai budak manusia tidak memiliki kebebasan.
Hidupnya ditentukan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhannya, pemilik
budak-budak itu. Karena Tuhan bermukim jauh di langit, kekuasaan Tuhan itu
didelegasikan atau diasumsikan oleh para agennya, apakah dengan sebutan nabi,
rasul, sultan, atau paus. Kebebasannya digantungkan pada seorang tokoh pendiri
agama. Kematian Yesus menyelamatkan semua pengikutnya. Muhammad, pada waktu Pengadilan
Akhir, merekomendasikan siapa dari pengikutnya masuk sorga atau neraka, dan
Allah hanya mengikuti rekomendasi itu. Keselamatan mereka semata-mata karena
iman. Bukan karena perbuatannya. Etika tidak perlu. Ini tentu saja merupakan
ketidakadilan rangkap dua…
Tujuan tertinggi manusia menurut agama-agama ini
adalah sorga di mana mereka hidup abadi dengan badannya, yang berasal dari
badan yang hina, tempat pencabulan, kata Paulus, salah satu pendiri agama
Kristen. Bahkan di dalam sorga salah satu agama ini, dijelaskan secara rinci
bagaimana hidup untuk memenuhi nafsu birahinya, terutama seks, tanpa batas.
Sorga menjadi tempat pesta orgi yang menjijikkan.” (hal. 217-218).
Itulah pandangan Hindu yang pada realitasnya tidak
bisa disatukan dengan konsep tauhid dalam Islam. Sehingga mengucapkan salam “Om
Swastyastu” adalah tidak diperbolehkan. Selain itu, salam “Om Swastyastu” juga
merupakan syiar agama lain yang mana umat Islam diharamkan untuk
menyebarkannya.
Mengucap salam “Om Swastyastu” yang merupakan ciri
khas keagamaan Hindu merupakan bentuk tasyabbuh bil kufar yang haram.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031)
Lantas, bagaimana hukum mengucapkan salam “Assalamu’alaikum” untuk sekelompok orang yang terdiri dari orang Islam dan non Islam?
Lantas, bagaimana hukum mengucapkan salam “Assalamu’alaikum” untuk sekelompok orang yang terdiri dari orang Islam dan non Islam?
وعن أُسَامَة – رضي الله عنه – : أنَّ النَّبيَّ – صلى
الله عليه وسلم – مَرَّ عَلَى مَجْلِسٍ فِيهِ أخْلاَطٌ مِنَ المُسْلِمِينَ
وَالمُشْرِكينَ – عَبَدَة الأَوْثَانِ – واليَهُودِ فَسَلَّمَ عَلَيْهِم النبيُّ-
صلى الله عليه وسلم -
Dari Usamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah melewati suatu majelis yang di situ bercampur antara
muslim, orang musyrik -penyembah berhala-, dan orang Yahudi. Lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi salam kepada mereka. (HR. Bukhari
no. 6254 dan Muslim no. 1798).
Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan disunnahkan jika
melewati majelis yang bercampur antara Muslim dan non Muslim untuk tetap
mengucapkan salam untuk maksud umum dengan diniatkan salam tersebut untuk
Muslim. (Al Adzkar, hal. 464).
Nah, bagaimana jika terhadap orang non Islam yang di
situ tidak ada orang Islamnya sama sekali? Bolehkah memberi salam,
“Assalamu’alaikum”?
Muhammad bin Abu Bakar dalam kitab Zadul Ma’ad jilid 2 halaman 424 menuliskan bahwa sebagian ulama membolehkan untuk mendahului non muslim dalam memberi salam demi kemashlahatan yang kuat dan nyata amat diperlukan, atau karena kwatir dari ulah non muslim itu, atau karena adanya hubungan kekerabatan dengan mereka. Atau karena sebab-sebab lain yang seperti itu.
Muhammad bin Abu Bakar dalam kitab Zadul Ma’ad jilid 2 halaman 424 menuliskan bahwa sebagian ulama membolehkan untuk mendahului non muslim dalam memberi salam demi kemashlahatan yang kuat dan nyata amat diperlukan, atau karena kwatir dari ulah non muslim itu, atau karena adanya hubungan kekerabatan dengan mereka. Atau karena sebab-sebab lain yang seperti itu.
Imam Al-Qurtubi menyebutkan nama beberapa ulama salaf
yang membolehkan memberi salam kepada non Muslim. Di anataranya Ibnu
Mas’ud, Al-Hasan Al-Bashri, An-Nakhai, dan Umar bin Abdul Aziz. Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitabnya Fathul Bari bahwa Abu Umamah dan Ibnu
Uyainah berpendapat sedemikian.
Sementara itu, ulama lain menyatakan tidak boleh
memberi salam berdasarkan hadits berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى
بِالسَّلاَمِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى
أَضْيَقِهِ
“Jangan kalian mengawali mengucapkan salam kepada
Yahudi dan Nashrani. Jika kalian berjumpa salah seorang di antara mereka di
jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR. Muslim no. 2167)
Redaksi: Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Referensi: Fimadani & Tarqiyah
Admin: Leni Nur Wahyuni, S.Pd.
Ikuti channel telegram.me/manajemenqalbu
Gabung Grup Whatsapp Islamia
082140888638
Follow brillyelrasheed561.wordpress.com
Gabung facebook.com/groups/grupislamia
Klik juga www.quantumfiqih.com
Bersosial entrepreneurship di
sbycorporation.wordpress.com
Dapatkan buku-buku Islami
inspiratif-motivatif-kontemplatif karya Brilly El-Rasheed, S.Pd.: (1) Golden
Manners Rp 60.000,-; (2) Mendekat Kepada Allah Rp 38.000,-; (3) Kutunggu di
Telaga Rp 40.000,-; (4) Quantum Iman Rp 62.000,-; (5) Benteng Umat Islam Rp
42.000,-; (6) Maksiat dalam Taubat Rp 39.000,-; (7) Titisan Ahli Surga Rp
35.000,-; (8) Menepi dari Dunia Rp 55.000,-; (9) Jangan Rp 44.000,-; melalui
kontak masing-masing penerbit atau melalui Brilly Online Bookstore (BOOST) di
08155241992.
Mobil Indonesia, Honda HRV, Honda Brio,
Honda Mobilio, Honda Jazz, Honda City, Honda Civic, Honda Freed, Honda CRV,
Honda Accord, Honda Odyssey, Honda CRZ, Honda BRV, Suzuki APV, Suzuki Ertiga,
Suzuki Grand Vitara, Suzuki Karimun, Suzuki Swift, Suzuki Spalsh, Suzuki SX4,
Toyota Camry, Toyota Vios, Toyota Corolla Altis, Toyota Prius, Toyota Yaris,
Toyota Etios Valco, Toyota Agya, Toyota NAV, Toyota Alphard, Toyota Kijang
Innova, Toyota Avanza, Toyota Avanza Veloz, Toyota Fortuner, Toyota Land
Cruiser, Toyota Rush, Toyota RAV4, Toyota Dyna, Toyota Hiace, Toyota Hilux,
Perusahaan Otomotif Indonesia, Astra,
Daihatsu, Isuzu, Suzuki, Mitsubishi, Honda, Yamaha, Piaggio, Toyota, Hino,
Hyundai, Nissan, AMT, Kawasaki, Aspira, Vespa, Trucks, Chevrolet, Ford, Proton,
Peugeot, Kia, Krama Yudha Tiga Berlian, Honda, Gaya,
Perusahaan Motor Indonesia, Helroad,
Kanzen, Viar, Astra Honda, Yamaha, Suzuki, Kaisar, Kawasaki, Minerva, Cleveland,
Piaggio, Triumph, BMW, Hero, Vespa, Viva, TVS, Harley Davidson, Happy, Gazgas,
Betrix, Bajaj, Benelli, KTM, Ducati, Kymco Benson, Jialing, Dayang, Agusta MV,
Hyosung, Husqvarna,
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id