Bukan Ahli Maksiat
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/08/bukan-ahli-maksiat.html
Setiap orang yang bergulat dengan aneka ragam penyakit, sah-sah saja untuk menukas, bahwa sakit yang dia derita adalah yang paling sulit untuk ditahan, paling pedih, paling memburai rasa perih yang menyengat kuat. Bila yang datang sakit gigi, penyakit itu diklaim sebagai penyakit paling mengerikan. Bila kebetulan rongga telinga yang bernanah, rasa sakitnya dianggap yang paling pamungkas.
Semua klaim itu mungkin saja
absah, selama tidak ada alat ukur yang akurat, untuk menilai daya hentak
suatu penyakit, dan kesan kejut
dari rasa pedih yang diderita seorang pasien penyakit tertentu. Tapi percayalah, saudara seiman, sejatinya tak ada rasa sakit yang melebihi tikaman
rasa penyesalan dalam dada seorang muslim, akibat terlanjur berbuat maksiat.
Penyesalan yang menggemuruh, ditambah dengan tingkat
kesulitan yang super hebat untuk berupaya selalu terhindar dari kemungkinan
terjerumus lagi ke dalam maksiat yang sama, menimbulkan rasa sakit yang tak
dapat diukur.
Kalaupun seseorang kemudian menjadi ahli taubat yang
paling tulus sekalipun, rasa sakit yang
menghimpit kejiwaannya akibat penyesalan tersebut, sudah layak disebut sebagai salah
satu bala cobaan yang harus dia rasakan di alam dunia ini. Dengan
harapan, hal itu akan menjadi salah satu
pembuka pintu taubat dari Allah, Yang Maha Perkasa, Lagi Maha Pengampun.
Sang Ahli Kejiwaan Islam
fenomenal, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah, kerap kali mengungkit persoalan spesifik
sehubungan dengan balada maksiat, dalam banyak bukunya. Yakni akibat mengerikan
yang muncul karena kebiasaan bergelimang maksiat, bercumbu dengan dosa dan
bersukacita dengan pelanggaran terhadap hak-hak Allah. Salah satu akibatnya
yang sangat menakutkan adalah rasa sesal yang menekan lubuk hati, mendera perasaan
hingga pada sudut yang terdalam.
Maksiat, menurut Ibnul
Qoyyim, salah satu dari faktor paling berbahaya terhadap kehidupan seorang
hamba, di dunia maupun di akhirat. Namun sayang, banyak umat manusia yang
melakukan tindak kekeliruan hebat, saat mereka mengabaikan bahaya maksiat
itu, dengan berbagai alasan spekulatif
yang sangat tidak sehat. Terkadang, mereka
bersandar pada ampunan Allah. Terkadang pada keyakinan bahwa suatu saat mereka
toh bisa bertaubat. Di lain waktu, bisa
saja ia yakin sudah membayar lunas dosa-dosanya, dengan sekadar ucapan
istighfar melalui lisannya. Amalan-amalan
sunnah, merasa diri sebagai orang
berilmu, juga kerap dijadikan dukungan untuk bersikap santai menghadapi
dosa-dosa. Tidak jarang juga, seorang hamba beralasan dengan prilaku banyak
pemuka agama, orang-orang terpandang, atau mayoritas umat manusia, untuk melegitiminasi sebuah maksiat. [ Al-Jawabul Kafi Liman Sa-ala 'Anid Dawaisy Syafi hal. 11.]
Bila sekian alasan itu ditumpuk menjadi satu, dipupuk dan disemai, tumbuhlah sikap merasa aman terhadap segala ancaman dan peringatan Allah. Saat itulah muncul perseteruan hebat antara iman dengan kebiasaan, antara rasa takut kepada Allah, dengan rasa berharap yang tidak pada tempatnya, antara tuntutan ilmu yang melekat kuat dalam benak, dengan alasan-alasan kosong yang dipaksa untuk tampak berisi.
Kondisi itulah yang --bagi orang beriman-- akhirnya melahirkan rasa sakit yang
menghentak kuat ke dalam lubuk sanubari. Rasa pedihnya, teramat sulit
diungkapkan. Jalan satu-satunya untuk meringankan rasa sakit itu hanya dengan
menerjang kuat aral-aral penghambat menuju taubat yang tulus. Dan itu bukanlah
hal yang mudah. Hanya dapat dilakukan seorang hamba dengan niat bersih, setelah
adanya taufik dari Allah.
Namun kalaupun itu dilakukan, dan kalaupun taufik Allah
telah membuatnya mampu secara tulus bertaubat, rasa pedih dalam hati itupun
tidak serta merta lenyap begitu saja. Ampas-ampas endapannya tetap menjadi
ancaman serius yang kerap mendorong sebagian ahli taubat, untuk kembali
menggeluti pelbagai maksiat yang sudah lama mereka tinggalkan.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id