Menjaga Diri Dari Hal-Hal yang Kita Harus Meminta Maaf
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/08/menjaga-diri-dari-hal-hal-yang-kita.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas Quantum Fiqih
Rasulullah berkata,
صَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ كَأَنَّكَ
تَرَاهُ فَإِنْ كُنْتَ لاَ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ وَأَيِسْ مِمَّا فِيْ
أَيْدِي النَّاسَ تَعِشُ غَنِيًا وَإِيَّاكَ وَمَا يُعْتَذَرُ مِنْهُ
“Shalatlah
(seperti) shalatnya orang yang hendak mati. (Rasakanlah) seakan engkau melihat
Allah, jika engkau tidak bisa (merasa) melihat-Nya, sesungguhnya Allah
melihatmu. Putus asalah terhadap apa yang ada di tangan manusia, engkau akan
hidup kaya. Hati-hatilah terhadap apa yang berpeluang engkau nantinya meminta
maaf darinya.” [Al-Mu’jam Al-Ausath Ath-Thabrani. Ash-Shahihah no. 1914]
Menjaga diri agar sejauh mungkin
dari perbuatan-perbuatan yang kita harus meminta maaf atasnya jika kita perbuat
adalah sebuah proyek besar setiap muslim tanpa ada kesempatan berhenti
sepanjang belum mati.
Cara terbaik untuk itu antara lain:
(1) Menjadi mutasawwimin, yaitu bercermin dari segala kejadian, lebih-lebih
kejadian yang dialami orang beriman; (2) Rajin bertafakkur dan meminta fatwa
kepada nurani qalbi, termasuk dalam hal ucapan yang ingin dilontarkan dan
perbuatan yang ingin dilakukan; (3) Rajin beri’tibar karena seorang
mu`min tidak akan jatuh pada lubang yang sama; (4) Selalu berhati-hati (ta`anni
dan adlaja); (5) Dekat dengan ulama yang faqih dan rabbani.
Allah mengingatkan, "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS Muhammad [47]: 22 – 23) Menurut Al-Hafizh Ibnu Katsir, maksud firman Allah tersebut adalah, "Maka apakah jika kamu berpaling dari jihad, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturrahim (hubungan kekeluargaan)?Yakni, kamu akan kembali kepada tradisi dan kondisi jahiliyah, yaitu kamu saling menumpahkan darah dan memutus tali silaturrahim. Karenanya, Allah, sebagaimana ayat 23 surat Muhammad, melarang berbuat kerusakan di muka bumi umumnya dan memutus tali silaturrahim khususnya. Sebaliknya, Allah memerintahkan untuk membuat kebaikan di bumi dan silaturrahim: berbuat baik kepada kerabat dalam ucapan, tindakan dan membantu secara finansial (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir IV/458).
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id