Ditelikung Dosa
https://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/08/ditelikung-dosa.html
Rajin shalat malam, gemar membaca
Al-Quran, selalu shalat berjama’ah ke masjid. Majelis taklim baginya tak
ubahnya rumah tinggal. Tak terhitung khatam Al-Quran, tak kurang 6 juz Al-Quran
melekat di otaknya. Ia pemuda biasa, berusia 20 an tahun.
Satu
kebiasaan yang tak pula pernah ia tinggalkan setiap hari: bergunjing. Ia
tak pernah membiarkan waktu seharian sepi tanpa mengobrolkan aib orang lain. Ia
punya beberapa orang teman, pemuda-pemuda seusianya, yang rela berlama-lama
dengannya semalam suntuk, hanya untuk membicarakan, menilai dan mengukur-ukur
amalan orang lain. Ghibah atau menggunjing sudah menjadi menu wajib dalam
keseharian mereka.
Pemuda
itu, sebut saja ‘T’, hidup di lingkungan para pemuda bergajulan. Jumlah
anak-anak baik di kampung itu jauh lebih sedikit dari anak-anak berandalan. T
mahir bela diri. Sering saat pergi mengaji atau ke mushalla, ia dicegah
sebagian anak-anak nakal itu. Biasanya ia akan melawan, dan tak jarang ia
berbaku hantam dengan mereka.
“Sabar T. Gak usah dilayani,” nasihat temannya.
“Gak. Orang-orang gak benar seperti mereka harus diberi
pelajaran…”
Di antara sebagian kelompok itu, ada 6
sekawan yang dikenal sebagai GANKA di kampung itu. Mereka adalah yang paling
bergajul dari sekian anak-anak nakal yang ada di situ. Pernah seorang di antara
mereka berkelahi dengan T, dan pulang benjut-benjut. Saat itu T dimintai uang
secara paksa, padahal ia baru pulang i dari pengajian. Tapi belum pernah T
berkelahi dengan mereka semua. T menantang mereka untuk mengeroyoknya, tapi
mereka menolak. Entah apa alasan mereka. Padahal bila mereka mau, mereka bisa
mengerokok T dan dapat dijamin bahwa pemuda shalih tak akan menang. Rata-rata mereka
mengerti ilmu bela diri.
Suatu
ketika, entah karena sebab apa, keenam
anak-anak berandal itu tiba-tiba saja ada di pengajian, di mana T biasa duduk
menimba ilmu.
“Eh, ada urusan apa anak-anak gak beres ini kemari?” Tanya T sewot.
“Ahhh, Alhamdulillah, mereka sepertinya mau bertaubat,
T. Mereka mulai mengaji bersama kita mala mini…”
“Ah,
dari mana kamu yakin mereka ingin bertaubat sungguhan?”
“Tapi,
apa kita berhak melarang mereka mengaji?”
T terdiam. Tapi
hatinya tidak bisa menerima kenyataan itu. Mereka menyunggingkan senyum ke
arahnya. Ia balas dengan cibiran.
Sebulan
mereka mulai mengaji. Dan dalam sebulan itu pula, berangsur-angsur T mulai tak
lagi aktif di pengajian. Sementara mereka semakin menggebu-gebu semangat mereka
mengaji.
T
sendiri kini sudah tak pernah lagi mengaji. Tak hanya itu, T juga sudah tak
pernah terlihat di masjid. Bila ditanya, ia bilang bahwa ia shalat berjama’ah
bersama ibu dan adik kakaknya di rumah.
Siang
itu T menantang keenam anak itu berantam. Keroyokanpun jadi, katanya ketus. Ia masih menyimpan
dendam lama terhadap anak-anak itu. Uangnya pernah dirampas. Dompetnya
dikembalikan, tapi sebagian uangnya
hilang.
Keenam
anak itu menolak melayani T. Saat masih bergajulan, mereka sudah tak mau
melayani tantangan T, apalagi sekarang. Tapi T tetap memaksa. Suatu malam, T
yang gentian mencegat mereka di jalan. Ia menantang berkelahi. Jarot yang
melayaninya kali ini. Ia pimpinan GANG taubat itu. Tubuhnya kurus, hitam.
Wajahnya kurang nyaman. Tapi kulitnya bersih.
“Kalau kamu memaksa, tak perlu keroyokan. Hadapi saja
aku..”
Merekapun berkelahi. Tapi baru
sebentar berlangsung, pertarungan usai. Kali ini T yang kalah. Ia terlalu
ceroboh, sehingga terkena tendangan Jarot di bagian lambungnya. Ia tersungkur
nyaris pingsan!
T
pulang. Dan semenjak itu, mereka tak lagi melihat T berkeliaran. Di masjid, di pengajian atau di jalan-jalan.
Ternyata kini T sudah berubah. Ia sering nongkrong, begadang
dan menghabiskan berbungkus-bungkus rokok semalaman bersama teman-teman barunya
di kampung sebelah. Akhirnya juga terdengar bahwa T sudah mulai menenggak
minuman keras. Ia tak lagi shalat, apalagi membaca Al-Quran, dan apalagi
berpuasa atau melakukan shalat malam.
T
makin terjerumus dalam maksiat. Ia mulai kecanduan minuman keras. Dan enam bulan
setelah perkelahiannya melawan Jarot yang berakhir kekalahan pahit, T ditemukan
di sebuah rumah kosong dalam kondisi sudah terbujur menjadi mayat. Perutnya
membesar. Matanya merah. Di sebelahnya ditemukan beberapa botol minuman keras
dan beberapa butir Pil Setan. Inna
lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.” (Al-Hujuraat : 12)
Diambil dari buku Aku Bukan Ahli Maksiat, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Sudah punya buku ini?
Ngaji juga ya di www.quantumfiqih.com dan quantumfiqih.wordpress.com.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Ngaji juga ya di www.quantumfiqih.com dan quantumfiqih.wordpress.com.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id