Jangan Mencecar Ulama
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/jangan-mencecar-ulama.html
Dalam bermadzhab selain kita perlu
bertaqlid sekaligus memahami hujjah-hujjah madzhab, kita juga dianjurkan tidak
mengikuti hasrat untuk mencecar ulama dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
dalil yang digunakannya dalam madzhabnya. Ibnu Taimiyah pernah menyebutkan
beberapa adab bermadzhab, salah satunya adalah tidak buru-buru tanya dalil.
المستدرك على مجموع الفتاوى (2/ 279)
[الأدب
مع المفتي]
لا ينبغي للعامي أن يطالب المفتي بالحجة فيما
أفتاه ولا يقول له: لم؟ ولا كيف؟ فإن أحب أن تسكن نفسه بسماع الحجة في ذلك سأل عنه
في مجلس آخر، أو فيه بعد قبوله الفتوى مجردة عن الحجة، وذكر السمعاني: أنه لا يمنع
من أن يطالب المفتي بالدليل لأجل احتياطه لنفسه،
“Tidak patut seseorang yang ‘awwam
ketika minta fatwa malah minta hujjahnya. Tidak patut pula dia bertanya, “Kok
bisa? Bagaimana?” Kalau memang dia ingin tahu hujjah, sebaiknya tanya di
majelis yang lain, atau pada majelis itu tapi setelah menerima fatwa tersebut,
berpisah dari hujjah tentangnya. As-Sam’ani
menyebutkan, “(Sebab) sesungguhnya tidak dilarang menuntut penyebutan dalil
dari mufti dalam rangka kehati-hatian.”.”
Saran Ibnu Taimiyah ini sesuai dengan sabda Rasulullah,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلْ
كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukan dari golongan kami, orang yang tidak menghormati
yang lebih tua dan mengasih sayangi yang lebih muda dan mengetahui hak-hak ulama kita.” [Hasan:
Shahih Al-Jami’ no. 5443; Shahih At-Targhib wa
At-Tarhib no. 96]
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id