Manfaat Membalas dengan Kebaikan




Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.



Saling membalas kebaikan memiliki kontribusi yang besar bagi makmurnya kehidupan, sekaligus menjadi bagian dari syukur kepada Allah. Dari Jabir, Nabi Muhammad berkata,
مَنْ أُعْطِىَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ بِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ بِهِ فَمَنْ أَثْنَى بِهِ فَقَدْ شَكَرَهُ وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ
Barangsiapa diberi sebuah pemberian lalu ia mendapatkannya, hendaknya ia membalasnya (dengan kebaikan pula). Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaknya ia memuji karena pemberian itu. Sebab barangsiapa memuji karena pemberian, sungguh ia telah bersyukur. Dan yang menyembunyikannya, sungguh ia telah kufur (nikmat). [Shahih Al-Jami no. 6056; Ash-Shahihah no. 617] Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id, Nabi Muhammad berkata,
مَن لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشكُرُ اللهَ
“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” [Shahih Al-Jami’ no. 6601, 6514, 7719; Ash-Shahihah no. 417]

Membalas kebaikan dengan kebaikan, rasanya tidak terlalu berat. Yang sedikit berat adalah membalas keburukan orang lain dengan memberikan maaf. Sebagai muslim yang cirinya adalah memberikan kesenangan kepada yanglain, kita dituntut untuk rela dan mau memberikan maaf bagi orang yang berbuat melampaui batas kepada kita, karena memaafkan merupakan konsekuensi taqwa. “Memaafkan itu lebih dekat kepada taqwa.” [Al-Baqarah: 237]

Aisyah mengatakan, Rasulullah tidak pernah berkata kotor dan menjijikkan sedikitpun, tidak pernah berteriak di pasar-pasar, dan tidak pernah membalas kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi beliau selalu member maaf dan berlapang dada. Abu Abdillah Al-Jadali berkata, Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlaq Rasulullah? Aisyah menjawab, Rasulullah bukanlah seorang yang buruk perkataan dan keji perbuatannya, bukan orang yang banyak berteriak-teriak di pasar, (bukan orang) yang membalas keburukan dengan keburukan, melainkan beliau suka memaafkan dan berlapang dada.”.” [Shahih: Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2016]
Cinta Allah sudah menanti kita jikalau kita mau memaafkan, “Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” [Ali ‘Imran: 134] Surga Allah pun sudah terbuka untuk kita jikalau kita mau memaafkan, “Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sunga-sungai sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.” [Ali ‘Imran: 136]
Di samping kedua fadhilah tersebut, orang yang pemaaf itu jika berbuat salah, orang akan mudah memaafkannya. Memaafkan hakekatnya adalah melepaskan hak atas orang-orang yang bersalah dan menjahatinya, dan tidak membalas mereka dengan kejahatan serupa atau lebih kejam.  “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah engkau tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nur ayat 22] Ingatkah kita dengan kaedah fiqih, “Pahala itu sesuai dengan perbuatannya. Anda memaafkan kesalahan orang, Allah akan memaafkan kesalahan Anda.

:: Baca arikel lengkap di salah satu edisi majalah Ar-Risalah rubrik maqalah, kebetulan pada maqalah tersebut, nama penulis disamarkan. Ingin mendapatkan artikel lengkap?


Related

Lifestyle 554691064452339325

Posting Komentar

  1. http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/taubat-yang-terhambat.html
    http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/pendosa-yakinlah-allah-maha-penerima.html

    BalasHapus

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Blog Archive

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item