Manfaat Membalas dengan Kebaikan
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/manfaat-membalas-dengan-kebaikan.html
Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Saling membalas kebaikan memiliki kontribusi yang besar bagi makmurnya kehidupan, sekaligus menjadi bagian dari syukur kepada Allah. Dari Jabir, Nabi Muhammad berkata,
Saling membalas kebaikan memiliki kontribusi yang besar bagi makmurnya kehidupan, sekaligus menjadi bagian dari syukur kepada Allah. Dari Jabir, Nabi Muhammad berkata,
مَنْ أُعْطِىَ عَطَاءً فَوَجَدَ
فَلْيَجْزِ بِهِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ بِهِ فَمَنْ أَثْنَى بِهِ فَقَدْ
شَكَرَهُ وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ
“Barangsiapa
diberi sebuah pemberian lalu ia mendapatkannya, hendaknya ia membalasnya (dengan kebaikan pula). Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaknya ia memuji karena pemberian
itu. Sebab barangsiapa memuji karena pemberian, sungguh ia telah bersyukur. Dan
yang menyembunyikannya, sungguh ia telah kufur (nikmat).” [Shahih Al-Jami’ no. 6056; Ash-Shahihah no. 617] Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id, Nabi Muhammad berkata,
مَن لَا يَشْكُرُ
النَّاسَ لَا يَشكُرُ اللهَ
“Tidaklah bersyukur
kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.” [Shahih Al-Jami’ no. 6601, 6514, 7719; Ash-Shahihah no. 417]
Membalas kebaikan dengan kebaikan, rasanya tidak terlalu berat. Yang sedikit berat adalah membalas keburukan orang lain dengan memberikan maaf. Sebagai muslim yang cirinya adalah memberikan kesenangan kepada yanglain, kita dituntut untuk rela dan mau memberikan maaf bagi orang yang berbuat melampaui batas kepada kita, karena memaafkan merupakan konsekuensi taqwa. “Memaafkan itu lebih dekat kepada taqwa.” [Al-Baqarah: 237]
Aisyah mengatakan, Rasulullah tidak
pernah berkata kotor dan menjijikkan sedikitpun, tidak pernah berteriak di
pasar-pasar, dan tidak pernah membalas kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi
beliau selalu member maaf dan berlapang dada. Abu ‘Abdillah Al-Jadali berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah
tentang akhlaq
Rasulullah?”
‘Aisyah
menjawab, “Rasulullah
bukanlah seorang yang buruk perkataan dan keji perbuatannya, bukan orang yang banyak
berteriak-teriak di pasar, (bukan orang) yang membalas keburukan dengan
keburukan, melainkan
beliau suka memaafkan dan berlapang dada.”.” [Shahih: Shahih Sunan At-Tirmidzi no.
2016]
Cinta Allah sudah menanti kita jikalau kita mau
memaafkan, “Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang. Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
[Ali ‘Imran: 134] Surga Allah pun sudah terbuka untuk kita jikalau kita mau memaafkan, “Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Rabb mereka dan
surga yang di dalamnya mengalir sunga-sungai sedang mereka kekal
di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal.” [Ali ‘Imran:
136]
Di samping kedua fadhilah tersebut, orang yang pemaaf itu
jika berbuat salah,
orang akan mudah memaafkannya. Memaafkan hakekatnya adalah melepaskan hak atas
orang-orang yang bersalah dan menjahatinya, dan tidak membalas mereka dengan
kejahatan serupa atau lebih kejam. “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
engkau tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [An-Nur ayat 22] Ingatkah kita dengan kaedah fiqih, “Pahala itu sesuai dengan perbuatannya.”
Anda memaafkan kesalahan orang, Allah akan memaafkan kesalahan Anda.
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/taubat-yang-terhambat.html
BalasHapushttp://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/06/pendosa-yakinlah-allah-maha-penerima.html