Kisah Sibawaih dan Gurunya




Banyak sekali kejadian dan kisah yang terjadi di antara Sibawaih dan gurunya, Al-Kholil. Antara lain: Al-Kholil sangat menyukai Sibawaih. Ia senang berada di dekatnya dan sering bercengkerama dengannya. Al-Kholil bin Ahmad selalu menyambutnya di majlisnya dengan wajah berseri-seri dan menerimanya dengan senang hati, seraya mengatakan: “Selamat datang, wahai pengunjung yang tidak menjemukan.” Dan Al-Kholil tidak pernah mengatakan hal itu kepada siapapun selain Sibawaih.
Sibawaih pernah ditanya: “Apakah anda pernah melihat kitab yang digunakan oleh Al-Kholil untuk mendiktekan ilmu kepada anda?” Ia menjawab: “Ilmu Bahasa Arab yang saya dengar darinya ditulis dalam beberapa buku dengan tulisan yang kecil. Sedangkan ilmu Nahwu yang saya dengan darinya, dia mendiktekannya dari otaknya.

Kendati Al-Kholil bin Ahmad adalah pakar ilmu Nahwu yang terkemuka pada zamannya, namun ambisi intelektualnya tidak pernah berhenti. Maka ia pun mulai mencari inovasi baru yang bisa ditambahkan ke dalam bahasa Arab. Sebagaimana biasa ia menunaikan ibadah haji ke tanah suci. 
Di sana, di tempat suci, di tengah do’a dan air mata jama’ah haji, Al-Kholil berdo’a kepada Allah Ta’ala seraya meminta sesuatu yang lain daripada yang lain. Ia mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar Engkau berkenan memberiku ilmu yang belum pernah Engkau berikan kepada orang lain sebelum aku, dan tidak diambil selain dariku.” 
Rangkaian ibadah haji selesai dan seluruh jama’ah haji kembali ke daerah masing-masing. Mereka semua berharap mendapatkan maghfiroh (ampunan) dari Allah dan dikabulkan do’a-do’anya. Setelah pulang ke rumahnya di kota Bashrah, Al-Kholil mulai berpikir untuk menciptakan ilmu yang baru. Ia berkeliling di jalan-jalan dan pasar-pasar untuk mencari inspirasi dan ide baru. Suatu ketika ia memasuki kawasan tukang tembaga yang membuat beragam wadah berbahan baku tembaga. Al-Kholil mendengar tukang-tukang tembaga itu memukuli wadah mereka dengan irama tertentu dan terhitung. Lalu ia berkata di dalam hati: “Apakah masuk akal bila para tukang tembaga itu memiliki irama dan nada, padahal mereka buta huruf atau terlihat seperti orang buta huruf, sementara para penyair di dalam membuat syair-syairnya tidak memiliki irana dan nada tertentu?”

Baca juga Empat Model Pendidikan Karakter

Seiring dengan munculnya ide baru di dalam benaknya, Al-Kholil langsung berkonsentrasi untuk mengkaji syair Arab, untuk mengenali iramanya dan mengidentifikasi nadanya. Al-Kholil menyendiri di dalam sebuah rumah. Ia meletakkan sebuah baskom –atau sejenisnya- yang terbuat dari tembaga. Ia mengetuk-ngetuk baskom itu dengan lidi sambil berkata:
فَاعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ فَعُولُنْ
Ini dilakukannya untuk mencoba bait-bait syair dan membuatkannya semacam standar yang menjadi pijakannya. Ketika itulah saudaranya mendengarnya, dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia bergegas pergi ke masjid dan berkata: “Sesungguhnya saudaraku, Al-Kholil sudah gila.” Ia mengajak orang-orang masuk ke rumahnya ketika Al-Kholil sedang memukul-mukul wadah yang terbuat dari tembaga dengan tongkat. Lalu mereka bertanya: “Hai Abu Abdirrahman, ada apa dengan anda? Apakah anda mengalami sesuatu? Apakah anda mau kami obatkan?” Al-Kholik balik bertanya: “Apa itu?” “Saudara anda menganggap anda sudah gila?” jawab mereka. Lalu Al-Kholil berkata: “Itu tidak benar.” Kemudian ia menghampiri saudaranya dan berkata:
لَوْكُنْتَ تَعْلَمُ مَا أَقُوْلُ عَذَرْتَنيِ # أَوْ كُنْتَ تَعْلَمُ مَا تَقُوْلُ عَذَلْتُكَا
لَكِنْ جَهِلْتَ مَقَالَتِي فَعَذَلْتَنِي # وَعَلِمْتُ أَنَّكَ جَاهِلٌ فَعَذَرْتُكَا

Andai engkau tahu apa yang kuucapkan, engkau pasti memaklumi aku

Atau engkau tahu apa yang kau ucapkan, aku pasti menyalahkanmu
Tetapi, engkau tak mengerti ucapanku, maka engkau menyalahkan aku
Dan aku tahu bahwa engkau tidak mengerti, maka aku pun memaklumimu.
Al-Kholil terus mempelajari wazan (nada-nada) syair Arab selama beberapa waktu, tanpa menghiraukan komentar orang. Sampai akhirnya Allah memberinya taufiq dan ia berhasil menemukan nada-nada syair yang berjumlah 15 wazan. Ia menyebutnya dengan bahar syair. Dan ilmu ini ia sebut dengan “Ilmu ‘Arudl”. Sejatinya, ilmu ini tidak bisa diabaikan oleh seorang penyair atau kritikus syair. Karena melalui ilmu inilah ia dapat mengetahui mana syair yang benar dan mana yang salah. Dan Al-Kholil bin Ahmad lah pencipta dan penemu ilmu ini secara lengkap. Sedangkan generasi sesudahnya hanya menambahkan hal-hal yang sifatnya kecil. 
Dan berangkat dari pentingnya inovasi yang diciptakan oleh Al-Kholil bin Ahmad, Al-Ashbahani menyatakan: “Sesungguhnya Negara Islam tidak pernah melahirkan orang yang lebih inovatif daripada Al-Kholil untuk ilmu-ilmu yang tidak memiliki landasan pada ulama-ulama Arab. Dan bukti yang paling kongkrit adalah Ilmu Arudl yang tidak diambilnya dari seorang bijak dan tidak ada contoh yang bisa ditirunya.”

Inovasi yang dilakukan oleh Al-Kholil bin Ahmad dalam bahasa Arab tidak berhenti pada ilmu Nahwu dan ilmu Arudl saja. Karena suatu hari ia berpikir untuk menghimpun kosa kata bahasa Arab dan artinya dalam satu kitab. Supaya orang-orang dapat memahami arti kata-kata yang sulit. Dengan cara ini Al-Kholil menulis kitab (kamus) pertama yang menghimpun kosa kata dalam bahasa Arab. Kamus ini ia beri nama “Kitab Al-‘Ain”. Faktanya, mayoritas ahli tafsir dan ahli fikih memanfaatkan karya besar ini. Buktinya adalah ketika anda membuka kitab-kitab tafsir, fikih dan syarah (penjelasan) hadis, anda akan menjumpai mereka banyak mengutip statemen Al-Kholil. Mereka mengatakan: “Di sini, Al-Kholil berpendapat bahwa makna kata ini adalah begini dan begini.” Dus, dengan karya besar ini Al-Kholil telah berjasa besar bagi umat Islam.

Diambil dari buku Langkah Dahsyat Menjadi Inovator Rabbani, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Jadilah inovator hebat dengan menelaah buku ini!



Ngaji juga ya di brillyelrasheed.wordpress.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com.


Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah

Related

Edukasi 2130808402359026057

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Blog Archive

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item