Kisah Sibawaih dan Gurunya
http://brillyelrasheed.blogspot.com/2014/08/kisah-sibawaih-dan-gurunya.html
Banyak sekali kejadian dan kisah yang terjadi di antara Sibawaih dan gurunya, Al-Kholil. Antara lain: Al-Kholil sangat menyukai Sibawaih. Ia senang berada di dekatnya dan sering bercengkerama dengannya. Al-Kholil bin Ahmad selalu menyambutnya di majlisnya dengan wajah berseri-seri dan menerimanya dengan senang hati, seraya mengatakan: “Selamat datang, wahai pengunjung yang tidak menjemukan.” Dan Al-Kholil tidak pernah mengatakan hal itu kepada siapapun selain Sibawaih.
Sibawaih pernah ditanya: “Apakah
anda pernah melihat kitab yang digunakan oleh Al-Kholil untuk mendiktekan ilmu
kepada anda?” Ia menjawab: “Ilmu Bahasa Arab yang saya dengar darinya ditulis
dalam beberapa buku dengan tulisan yang kecil. Sedangkan ilmu Nahwu yang saya
dengan darinya, dia mendiktekannya dari otaknya.
Kendati
Al-Kholil bin Ahmad adalah pakar ilmu Nahwu yang terkemuka pada zamannya, namun
ambisi intelektualnya tidak pernah berhenti. Maka ia pun mulai mencari inovasi
baru yang bisa ditambahkan ke dalam bahasa Arab. Sebagaimana biasa ia
menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Di sana, di tempat suci, di tengah do’a
dan air mata jama’ah haji, Al-Kholil berdo’a kepada Allah Ta’ala seraya meminta
sesuatu yang lain daripada yang lain. Ia mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kepada-Mu agar Engkau berkenan memberiku ilmu yang belum pernah Engkau
berikan kepada orang lain sebelum aku, dan tidak diambil selain dariku.”
Rangkaian ibadah haji selesai dan seluruh jama’ah haji kembali ke daerah
masing-masing. Mereka semua berharap mendapatkan maghfiroh (ampunan) dari Allah
dan dikabulkan do’a-do’anya. Setelah pulang ke rumahnya di kota Bashrah,
Al-Kholil mulai berpikir untuk menciptakan ilmu yang baru. Ia berkeliling di
jalan-jalan dan pasar-pasar untuk mencari inspirasi dan ide baru. Suatu ketika
ia memasuki kawasan tukang tembaga yang membuat beragam wadah berbahan baku
tembaga. Al-Kholil mendengar tukang-tukang tembaga itu memukuli wadah mereka
dengan irama tertentu dan terhitung. Lalu ia berkata di dalam hati: “Apakah masuk
akal bila para tukang tembaga itu memiliki irama dan nada, padahal mereka buta
huruf atau terlihat seperti orang buta huruf, sementara para penyair di dalam
membuat syair-syairnya tidak memiliki irana dan nada tertentu?”
Baca juga Empat Model Pendidikan Karakter
Baca juga Empat Model Pendidikan Karakter
Seiring dengan munculnya ide
baru di dalam benaknya, Al-Kholil langsung berkonsentrasi untuk mengkaji syair
Arab, untuk mengenali iramanya dan mengidentifikasi nadanya. Al-Kholil
menyendiri di dalam sebuah rumah. Ia meletakkan sebuah baskom –atau sejenisnya-
yang terbuat dari tembaga. Ia mengetuk-ngetuk baskom itu dengan lidi sambil
berkata:
فَاعِلُنْ
مُسْتَفْعِلُنْ فَعُولُنْ
Ini dilakukannya untuk
mencoba bait-bait syair dan membuatkannya semacam standar yang menjadi
pijakannya. Ketika itulah saudaranya mendengarnya, dan tidak mengerti apa yang
sedang terjadi. Ia bergegas pergi ke masjid dan berkata: “Sesungguhnya
saudaraku, Al-Kholil sudah gila.” Ia mengajak orang-orang masuk ke rumahnya
ketika Al-Kholil sedang memukul-mukul wadah yang terbuat dari tembaga dengan
tongkat. Lalu mereka bertanya: “Hai Abu Abdirrahman, ada apa dengan anda? Apakah
anda mengalami sesuatu? Apakah anda mau kami obatkan?” Al-Kholik balik
bertanya: “Apa itu?” “Saudara anda menganggap anda sudah gila?” jawab mereka.
Lalu Al-Kholil berkata: “Itu tidak benar.” Kemudian ia menghampiri saudaranya
dan berkata:
لَوْكُنْتَ
تَعْلَمُ مَا أَقُوْلُ عَذَرْتَنيِ # أَوْ كُنْتَ تَعْلَمُ مَا تَقُوْلُ
عَذَلْتُكَا
لَكِنْ
جَهِلْتَ مَقَالَتِي فَعَذَلْتَنِي # وَعَلِمْتُ أَنَّكَ جَاهِلٌ فَعَذَرْتُكَا
Andai engkau tahu
apa yang kuucapkan, engkau pasti memaklumi aku
Atau engkau tahu apa yang kau
ucapkan, aku pasti menyalahkanmu
Tetapi, engkau tak mengerti
ucapanku, maka engkau menyalahkan aku
Dan aku tahu bahwa engkau
tidak mengerti, maka aku pun memaklumimu.
Al-Kholil terus mempelajari wazan
(nada-nada) syair Arab selama beberapa waktu, tanpa menghiraukan komentar
orang. Sampai akhirnya Allah memberinya taufiq dan ia berhasil menemukan
nada-nada syair yang berjumlah 15 wazan. Ia menyebutnya dengan bahar
syair. Dan ilmu ini ia sebut dengan “Ilmu ‘Arudl”. Sejatinya, ilmu ini
tidak bisa diabaikan oleh seorang penyair atau kritikus syair. Karena melalui
ilmu inilah ia dapat mengetahui mana syair yang benar dan mana yang salah. Dan
Al-Kholil bin Ahmad lah pencipta dan penemu ilmu ini secara lengkap. Sedangkan
generasi sesudahnya hanya menambahkan hal-hal yang sifatnya kecil.
Dan
berangkat dari pentingnya inovasi yang diciptakan oleh Al-Kholil bin Ahmad,
Al-Ashbahani menyatakan: “Sesungguhnya Negara Islam tidak pernah melahirkan
orang yang lebih inovatif daripada Al-Kholil untuk ilmu-ilmu yang tidak
memiliki landasan pada ulama-ulama Arab. Dan bukti yang paling kongkrit adalah
Ilmu Arudl yang tidak diambilnya dari seorang bijak dan tidak ada contoh yang
bisa ditirunya.”
Inovasi yang dilakukan oleh Al-Kholil bin Ahmad dalam bahasa Arab tidak
berhenti pada ilmu Nahwu dan ilmu Arudl saja. Karena suatu hari ia berpikir
untuk menghimpun kosa kata bahasa Arab dan artinya dalam satu kitab. Supaya
orang-orang dapat memahami arti kata-kata yang sulit. Dengan cara ini Al-Kholil
menulis kitab (kamus) pertama yang menghimpun kosa kata dalam bahasa Arab.
Kamus ini ia beri nama “Kitab Al-‘Ain”. Faktanya, mayoritas ahli tafsir dan
ahli fikih memanfaatkan karya besar ini. Buktinya adalah ketika anda membuka
kitab-kitab tafsir, fikih dan syarah (penjelasan) hadis, anda akan menjumpai
mereka banyak mengutip statemen Al-Kholil. Mereka mengatakan: “Di sini,
Al-Kholil berpendapat bahwa makna kata ini adalah begini dan begini.” Dus,
dengan karya besar ini Al-Kholil telah berjasa besar bagi umat Islam.
Diambil dari buku Langkah Dahsyat Menjadi Inovator Rabbani, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Jadilah inovator hebat dengan menelaah buku ini!
Ngaji juga ya di brillyelrasheed.wordpress.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Ngaji juga ya di brillyelrasheed.wordpress.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id