Membantu Orang yang Tertindas dan Tertimpa Bencana



Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Orang yang mengamati realitas kehidupan kaum muslimin hari ini akan mendapatkan bahwa sebagian negeri mereka ditimpa bencana dan kesusahan. Di dalamnya tersebar penyakit dan kemiskinan. Sedang di antara kewajiban kaum muslimin adalah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu saudaranya dan menghilangkan kesusahannya. Tidak berpaling dari mereka atau menyerahkannya kepada lembaga-lembaga missionaris Kristen yang akan merusak agama dan akhlaknya.
Abu Musa al-Asy'ari radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Setiap muslim wajib bersedekah." Para sahabat bertanya: “Bagaimana kalau ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat disedekahkan?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: “Ia harus bekerja mencari rezki untuk dirinya lalu ia bersedekah.” Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau ia tidak bisa bekerja atau belum bekerja?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Ia harus membantu orang yang tertindas yang membutuhkan bantuan.” Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau ia tidak melakukannya?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Ia harus menyerukan kebaikan atau hal yang ma'ruf.” Mereka bertanya lagi: “Bagaimana kalau ia tidak lakukan hal itu?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Ia harus menahan diri, karena hal itu merupakan sedekah bagi dirinya."[1]


Abu Dzar radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Setiap hari yang terbit di dalamnya matahari, semua jiwa wajib bersedekah atas dirinya.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, dari mana saya bersedekah sedang kami tidak punya harta?” Rasulullah menjawab: “Karena di antara pintu-pintu sedekah adalah takbir, subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illaLlah, astaghfirullah. Anda melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, menghilangkan duri, tulang dan batu dari jalanan manusia. Menuntun orang buta, tuli ataupun bisu hingga ia paham. Memberi petunjuk kepada orang yang meminta pertunjuk atas keperluan yang Anda ketahui tempatnya. Berjalan cepat menuju kepada orang tertindas yang meminta bantuan. Anda mengangkat kedua lengan dari orang yang lemah. Semua itu merupakan pintu-pintu sedekah untuk diri Anda…"[2].
Perhatikanlah ungkapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: “Wa tas’aa bisyiddati saaqaik” (Anda berjalan cepat) dan ungkapannya: “wa tarfa’u bisyiddati ziraa’aik” (Anda mengangkat kedua lengan). 
Ini merupakan mobilisasi sekuat tenaga untuk menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat, menebarkan pemberian di antara sendi-sendinya. Ia merupakan gerakan yang berkesinambungan untuk menyelamatkan dan membantu orang-orang tertindas. Kondisi ini bukan kondisi yang dapat ditunda dan diulur. Ia adalah seruan yang sangat serius untuk menguatkan tekat, mengambil inisiatif, dan bersaing dalam kebaikan.
Diantara contoh yang menunjukkan kelembutan dan kasih sayang Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada umatnya dan responnya yang cepat untuk membantu mereka, adalah kesaksian yang diceritakan oleh Jarir ibn Abdullah radhiyallahu anhu bahwa: “Kami pernah berada di tempat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di waktu pagi menjelang siang. Kemudian beliau didatangi oleh sekolompok orang yang tidak mengenakan pakaian dan alas kaki, dalam keadaan memakai kain wol yang dilobangi bagian tengahnya untuk kepala dan membawa pedang, mayoritasnya dari suku Mudhar. Raut wajah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam langsung kelihatan sedih setelah melihat kondisi kemiskinan mereka, beliau segera masuk ke rumahnya lalu keluar dan menyuruh Bilal mengumandangkan azan dan qamat kemudian shalat lalu berkhutbah. Beliau membaca firman Allah: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. al-Nisa': 1) Dan firman-Nya dalam surah al-Hasyr: "Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah." (QS. al-Hasyr: 18). Lalu beliau mengatakan: "Seseorang bersedekah dengan sebagian dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, gandumnya dan kormanya.” Hingga beliau menyebut sepotong korma. Lalu datanglah salah seorang Anshar membawa korma sepenuh tangannya atau lebih. Kata Jarir; “Selanjutnya orang-orang yang hadir pun berlomba-lomba hingga aku menyaksikan dua tumpukan makanan dan pakaian. Dan aku melihat wajah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berseri-seri seperti perak yang dipoles warna emas. Hingga beliau bersabda: "Barang siapa membuat sunnah yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala dari orang mengikutinya dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa membuat sunnah yang buruk dalam Islam maka ia memikul dosanya dan dosa orang mengikutinya dengan tidak mengurangi beban dosa mereka sedikitpun." [3]
Takaful dan kasih sayang ini merupakan rahasia keagungan agama ini. Umat ini tidak akan lemah dan tercabik-cabik tubuhnya, ditindas oleh musuh-musuhnya kecuali setelah mereka melalaikan pilar-pilar utama yang menyebarkan kasih sayang. Yang menguatkan akar pengorbanan dan pemberian, yang mengingatkan akan tanggung jawabnya terhadap saudaranya sesama muslim, meski negeri mereka berjauhan. Hal itu sebagai perwujudan dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

(الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَيَحُوطُهُ مِنْ وَرَائِهِ) 

"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain. Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain, ia memenuhi kebutuhan hidupnya, melindungi dan membela kehormatannya." [4] 
-------------------------------------------------------
Disalin dari buku Rahasia Kasih Sayang dalam Islam, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Beli dan baca buku ini agar Anda menjadi pribadi yang penyayang dan disayangi sebanyak-banyaknya orang!
-------------------------------------------------
[1] Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab al-Adab, No. 6022, Muslim, Kitab al-Zakat, No. 1008.
[2] Diriwayatkan oleh Ahmad; XXXV/383, No. 21483, dan dishahihkan oleh pentahqiqnya.
[3] Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Zakat, No.1017.
[4] Diriwayatkan oleh Abu Daud, Kitab al-Adab, No. 4918, dan dishahihkan oleh al-Albani, Shahih al-Jaami', No. 6532.



Ngaji juga ya di brillyelrasheed.wordpress.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com.


Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah

Related

Tazkiyatun Nafs 3026408824449867236

Posting Komentar

Komentar Anda sangat berharga bagi kami. Jika Anda mendukung gerakan kami, sampaikan dengan penuh motivasi. Jangan lupa, doakan kami agar istiqamah beramal dan berdakwah. Klik juga www.quantumfiqih.com dan goldenmanners.blogspot.co.id

emo-but-icon

Hot in week

Random Post

Blog Archive

Cari Blog Ini

Translate

Total Tayangan Halaman

Our Visitors

Flag Counter

Brilly Quote 1

Brilly Quote 2

Brilly Quote 3

item